Selasa, 03 September 2013

Panggunaan kata Kami dan Aku dalam Al-Qur,an

Di dalam Al-Qur’an, Allah menggunakan kata “Kami” dan “Aku” sebagai kata ganti orang pertama yang mengacu kepada Allah sendiri. Mungkin kita bertanya-tanya, atau mungkin kita pernah mendengar orang mempertanyakan, “Mengapa Allah menggunakan kata ‘Kami’ yang berarti jamak atau lebih dari satu?”, bahkan mungkin ada yang mengatakan “berarti itu menunjukkan Allah lebih dari satu”.

“Ketika Allah menggunakan kata ‘Kami’, itu berarti pada saat itu Allah melibatkan pihak lain, contohnya melibatkan malaikat Jibril. Dan jika menggunakan kata ‘Aku’ berarti dalam aktivitasnya merupakan hak prerogatif Allah”.
Akan tetapi, bagaimana dengan surah Al-Baqarah ayat 34 yang berbunyi : “dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat …” atau di surah Al-Baqarah ayat 52 yang mengatakan : “Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur”. Apakah “Kami” disini berarti Allah dan malaikat Jibril? Apakah malakat Jibril “berfirman” ? atau apakah malaikat Jibril “memaafkan”? Kalau bukan, Allah dengan siapakah “Kami” dalam konteks ayat-ayat ini ? Atau mengapa terkadang Allah menggunakan kata “Ayaatiina (ayat-ayat Kami)” dan terkadang pula Ayaati (Ayat-ayat Ku)” ?

Melihat kembali kepada sejarah, sepatutnya kita bertanya, “Apakah ada riwayat yang menceritakan bahwa ada mempertanyakan mengapa Allah mengunakan kata ‘Kami’, seperti ketika Allah mengatakan Ayaatina (ayat-ayat Kami), bukannya ayaati (Ayat-ayat Ku) ?”. Penulis sendiri belum menemukan ada riwayat sahih yang menceritakan demikian. Di jaman Rasulullah memang para sahabat memegang prinsip sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami taat), akan tetapi bukan berarti mereka tidak pernah bertanya. Sangat banyak riwayat hadis yang menceritakan bagaimana sahabat mempertanyakan atau meminta penjelasan mengenai sesuatu.

Jadi, mengapa tidak ada riwayat yang mengatakan bahwa sahabat mempertanyakan mengapa Allah menggunakan kata “Kami” yang berarti jamak? Sedangkan hal ini berhubungan dengan akidah tauhid yang diperjuangkan oleh Rasulullah, sebagaimana yang diperjuangkan nabi-nabi terdahulu, bahwa Allah itu Ahad, satu, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Jika ada seseorang mengatakan “Tuhan itu satu, hanya ada satu Tuhan” kepada sekelompok masyarakat yang memiliki banyak Tuhan, kemudian dia mengemukakan ayat dimana ayat tersebut menggunakan kata “Kami” yang mengacu kepada Tuhan, tidakkah hal tersebut akan menjadi pertanyaan baik bagi pengikutnya saat itu maupun bagi orang-orang yang tidak mau mengikutinya ? “Kau mengatakan Tuhan itu satu, tapi kau bilang pada saat Tuhan berkata, Dia menggunakan kata Kami …”

Jawabannya, karena tidak ada satupun orang pada masa Rasulullah yang menganggap “Kami” yang mengacu kepada Allah di dalam Al-QUr’an sebagai sesuatu yang jamak. Di beberapa bahasa di dunia, khususnya bahasa semit dan turunannya (misalnya Ibrani, Arab, dan Urdu) adalah biasa menggunakan bentuk jamak untuk mengacu kepada sesuatu yang tunggal, sebagai bentuk penghargaan, penghormatan atau pengagungan.

Contohnya, di dalam Alkitab kitab “Kejadian (bereshit)” yang merupakan kitab pertama dalam Alkitab (salah satu dari lima kitab yang dianggap sebagai Torah atau Taurat) yang merupakan kitab suci orang-orang Yahudi dan Kristen, ayat pertama pasal kesatu nya berbunyi “Bereshit bara Elohim et hashamayim ve’et ha’arets (Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi). Dalam bahasa ibrani untuk menandakan bentuk jamak, ditambahkan kata “-im” di belakang kata benda. Bahasa ibrani untuk “Tuhan” adalah “Eloh” atau “Elah”. Elohim berarti “banyak tuhan”. Tetapi tanyakan kepada setiap orang Yahudi, apakah “Elohim” berarti “banyak tuhan” ? Tentu saja mereka
akan menjawab “Tidak”. Tidak ada satupun Alkitab dari ribuan terjemahan di seluruh dunia yang menterjemahkan Elohim sebagai “Tuhan-Tuhan” atau “Gods”.
Atau ketika di ayat ke-26 pasal kesatu kitab kejadian yang mengatakan “Vayomer Elohim [jamak] na’aseh [jamak] adam betsalmenu [jamak]… (Tuhan berfirman, “Marilah Kita membuat (na’aseh) manusia (adam) menurut gambar Kita (betsalmenu) …). Tanyakan ke setiap orang Yahudi apakah ayat ke 26 pasal kesatu kitab kejadian ini menyatakan bahwa Tuhan itu lebih dari satu ? Dengan tegas mereka akan mengatakan “tidak” (Kita mungkin akan memperoleh jawaban yang berbeda jika yang kita tanya adalah orang Kristen, akan tetapi tentu saja Perjanjian Lama hadir dan tumbuh dalam bahasa dan tradisi Yahudi, jauh sebelum Kristen muncul)

Mengapa ? padahal kesemuanya menggunakan bentuk jamak. Jawabannya, karena itu merupakan bentuk pengagungan, pemuliaan Tuhan kepada diri-Nya. Sudah suatu hal yang lazim dalam bahasa Ibrani maupun Arab untuk menggunakan sesuatu yang jamak pada bentuk tunggal untuk menghormati bentuk tunggal tersebut. Dalam bahasa Inggris, ini disebut dengan “Majestic Plural”, “The royal ‘We’”, atau “editorial we”
Dijabarkan di dalam wikipedia mengenai definisi “Majestic Plural” : The majestic plural (pluralis maiestatis/majestatis in Latin, literally, “the plural of majesty,” maiestatis being in the genitive case), is the use of a plural pronoun to refer to a single person holding a high office, such as a monarch, bishop, or pope. (http://en.wikipedia.org/wiki/Majestic_plural). Hal senada juga dapat dilihat di http://wordsmith.org/words/nosism.html ataupun kamus-kamus online maupun offline lainnya

Jadi, penggunaan kata “Kami” dalam Al-Qur’an tidaklah berarti bahwa Allah itu lebih dari satu, akan tetapi lebih kepada bentuk bahasa. Di Indonesia, dimana Majestic Plural ini tidak (atau jarang) digunakan, hal ini wajar menjadi pertanyaan, akan tetapi kita harus kembalikan kepada bahasa aslinya. Apalagi dalam bahasa Al-Qur’an, penggunaan “Kami” sebagai kata ganti Allah adalah tidak langsung sebagai subjek, akan tetapi sebagai penambahan partikel bentuk plural orang pertama. Contohnya : ketika Allah berkata “Kami berfirman”, bahasa arabnya adalah “Qulnaa” yang secara harfiah berarti “berkata kami” dan tidak dihitung sebagai dua kata, akan tetapi satu kata kerja (bentuk tunggalnya adalah “Qultu”). Struktur seperti ini tidak sama dengan yang ada di Indonesia, dan di masyarakat Timur Tengah, struktur seperti ini sering dimanfaatkan sebagai Majestic Plural.
Jadi, mengapa Allah kadang-kadang menggunakan kata “Kami” kadang-kadang menggunakan kata “Aku” ?

Ketika Allah menggunakan kata “Kami”, pada saat itu Allah sedang menunjukkan kebesaran, keagungan, dan kemahaan-Nya. Sehingga kata-kata “Kami” banyak digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan seperti penciptaan alam semesta, atau ketika Allah mengatakan mengenai ayat-ayat (tanda-tanda)-Nya yg berada di alam. Atau ketika Allah mengatakan “Kami maafkan”, saat itu Allah sedang mengagungkan Diri-Nya sebagai Maha Pemaaf.

Sedangkan ketika Allah menggunakan kata “Aku”, Allah sedang menegaskan ketunggalan-Nya, hanya Dia, keunikan-Nya. Jadi ketika Allah mengatakan “ayaati (ayat-ayat-Ku) di beberapa tempat dalam Al-Qur’an, bukannya “ayaatiina (ayat-ayat Kami)” sebagaimana yang digunakan di banyak tempat yg lainnya dalam Al-Qur’an, Allah ingin menegaskan bahwa semua tanda-tanda, semua ayat-ayat itu adalah milik-Nya semata. Juga ketika mengisahkan mengenai kutipan percakapan Allah dengan nabi-nabi terdahulu seperti Musa as dan Ibrahim as, kata “Aku” juga banyak digunakan.



Kadang Allah Swt juga menggunakan kata “KAMI” didalam Alquran (dalam bahasa Arab adalah “NAHNU” juga “INNA” atau kata kerja yang diakhiri dengan huruf “NAA”).
Orang arab sendiri akan terpingkal-pingkal kalau melihat cara orang Indonesia berusaha menyesatkan orang lain lewat logika aneh bin ajaib seperti ini, yaitu mengatakan Allah itu banyak hanya lantaran di Al-Quran Allah seringkali menggunakan kata ganti kami (nahnu). Betapa kerdilnya logika yang dikembangkan, niatnya mau sok tahu dengan bahasa arab, sementara orang arab sendiri mafhum bahwa bahasa mereka istimewa.
Tidak semua kata nahnu (kami) selalu berarti pelakunya banyak. Memang benar secara umum kata nahnu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi orang yang bodoh dengan bahasa arab terkecoh besar dengan ungkapan ini. Sebenarnya kata kami tidak selalu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi juga menunjukkan kebesaran orang yang menggunakannya.
 

Misalnya, seorang presiden dari negara arab mengatakan begini, “Kami menyampaikan salam kepada kalian”, apakah berarti jumlah presiden negara itu ada lima orang? Tentu saja tidak. Sebab kata “kami” yang digunakannya menggambarkan kebesaran negara dan bangsanya, bukan menunjukkan jumlah presidennya.
 

Tukang becak di pinggir jalan pun tahu bahwa yang namanya presiden di semua negara pastilah jumlahnya cuma satu, tidak mungkin ada lima. Hanya orang bodoh saja yang mengatakan presiden ada lima. Dan hanya orang bodoh tidak pernah makan sekolahan saja yang mengatakan bahwa Allah itu ada banyak, hanya karena Dia menyebut dirinya dengan lafadz KAMI.
 

Ini adalah logika paling gila yang pernah diucapkan oleh makhluk yang berkaki dua di muka bumi yang mengaku bernama manusia. Dan sayangnya, dengan logika jungkir balik tidak karuan seperti ini, masih saja ada orang yang mau melahapnya mentah-mentah.
orang Arab tentu akan paham, atau juga orang yg mondok di pesantren yg bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa Arab (seperti Pondok Pesantren Gontor dan laen²) tentu tau makna penggunaan kata “Nahnu (kami)”.


Contoh 1 : “Nahnu (kami)” memang bisa digunakan untuk lebih dari satu yaitu “kami” (plural – jamak – banyak),
bisa juga untuk “satu orang” yaitu yg dimaksudkan “saya-sendiri” dengan makna “kemuliaan”. (dalam Bahasa Arab)


Contoh 2 : “Antum (kalian)” memang bisa digunakan untuk lebih dari satu yaitu “Kalian” (plural – jamak – banyak),
bisa juga untuk “satu orang” yaitu yg dimaksudkan “Anda” dengan makna “kemuliaan”. (dalam Bahasa Arab)
(bukan kata “kamu”, yg tidak sopan diucapkan kepada orang tua)

kata “Antum (kalian)”, biasanya digunakan oleh para Santri (Murid) untuk memanggil sang Guru (Kyai) (yg seorang diri – bukan jamak/plural). artinya sangat dianggap TIDAK SOPAN jika Santri mengobrol dengan Kyai-nya memanggil dengan kata “ANTA (kamu)”, bukan “ANTUM”. Bukan berarti “Antum” ini bermakna “kalian” (jamak) akan tetapi BERMAKNA satu untuk “PENGHORMATAN”.
Ya, untuk SEBUAH “PENGHORMATAN DAN PENGAGUNGAN”.
blum paham? atau paham sedikit?…
 

Mari kita belajar sdikit bahasa Arab dan Inggris 20 detik saja.
I (am) = saya, aku.
You = kamu
We = kami
They = Mereka
He = dia (laki-laki)
She = dia (wanita)
It = dia (benda & hewan)


Mari bandingkan dengan bahasa Arab… (sowry, keyboard windows aku ga support ngetik arabic, penyebutannya aja ya  ^-^ )
Huwa = dia (laki-laki)
Huma = dia berdua (laki-laki)
Hum = mereka (laki-laki)
Hiya = dia (perempuan)
Huma = dia berdua (perempuan)
Hunna = mereka (perempuan)
Anta = kamu (laki-laki)
Antuma = kamu berdua (laki-laki)
Antum = kalian (laki-laki)
Anti = kamu (perempuan)
Antuma = kamu berdua (perempuan)
Antunna = kalian (perempuan)
Ana = Saya, Aku
Nahnu = Kami


Belum lagi jika digabungkan dengan ‘kata kerja’, maka akan berubah. contoh kata “fa’ala” (melakukan / “do” dalam english) ditempatkan dengan kata-kata diatas maka akan menjadi: “yaf’alu” (dia (seorang lak-laki) melakukan…), “yaf’alaani” (dia dua orang lak-laki melakukan…), “yaf’aluuna” (mereka (laki-laki) melakukan…), dan seterusnya…. Panjaang sekali jika dijabarkan semuanya…
(sekadar deskripsi bahwa ilmu bahasa Arab itu luas, grammar-nya berbeda dengan bahasa Inggris, ataupun bahasa Indonesia, apalagi bahasa lainnya).
 —–> artinya, kita harus mengembalikan makna kata dalam Alquran ke BAHASA ASLINYA, yaitu BAHASA ARAB.

Ok, kembali… lalu mengapa ALLAH SWT menggunakan kata “NAHNU” (KAMI) ???
contoh Ayat,
 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.” (Al-Mu’minuun Ayat 12)
kadang Allah Swt. memaksudkan (dalam Alquran) suatu penciptaan  yang melibatkan oknum lain dalam  penciptaan tersebut sebagai proses, umumnya ALLAH SWT mengatakan “NAHNU” (KAMI), dan juga kadang ALLAH SWT menggunakan kata “ANA” (AKU) di Ayat lainnya.
maknanya, ketika Allah Swt. menciptakan manusia, ada unsur lain yang menjadi PROSES PENCIPTAANNYA. yaitu adanya pertemuan ayah & ibu, bertemunya  sel sperma & sel telur. ada PROSES inilah yang kemudian RAHASIA AL QUR’AN mengapa Allah Swt. menggunakan lafadz “NAHNU (KAMI)”.
contoh ayat yang sepadan, Allah Swt. mengatakan “Kholaqnaa” yaitu “Kami (menciptakan)”
 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (Al-Hujuraat Ayat 13)

Lalu Bagaimana dengan ayat…
“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam”. (Al-Anbiyaa’ Ayat 107)

kata Arsalna ( أَرْسَلْنَا ‘Kami mengutus’) berasal dari kata dasar “Arsala” أَرْسَلْ (yg mempunyai arti; mengutus, memberikan risalah, mengantarkan risalah).
sebagaimana penjelasan sebelumnya diatas, kata “KAMI” yg Allah Swt. maksudkan karena ADANYA OKNUM / UNSUR LAIN DALAM PROSES PENGUTUSAN. YAITU “MALAIKAT JIBRIL” SEBAGAI PENGANTAR WAHYU ALLAH SWT. makanya Allah Swt. menggunakan Kata “NAHNU” (KAMI).
“Menjadi Rahmat” tidak berarti hanya “diri Nabi Muhammad saw.” saja, akan tetapi dengan “MUKJIZAT ALQURAN (WAHYU – dari Allah Swt. melalui Malaikat Jibril) dan juga SUNNAH NABI SAW (perilaku & akhlaq beliau selama hidup).
kadang ALLAH SWT menunjukkan kata “INNI” (AKU) dan “NAHNU” (KAMI) didalam Alquran adalah “LITTA’DZHIIM” (menunjukkan Keagungan & Kebesaran).
 “Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (Al-Ahqaaf Ayat 3)
menjelaskan sesuatu Yang BESAR, AGUNG, MULIA, DAHSYAT.
contoh, dijelasin bahwa bumi itu mengitari matahari, itu saja. padahal tidak hanya sampai disitu saja. bahkan matahari pun berputar mengitari galaksi sebagaimana bumi mengitarinya. dan masing-masing mempunyai jalur lintasannya sendiri. memiliki jarak dan waktu tersendiri. semua bergerak. menakjubkan!


Ayat lainnya, (menunjukkan Keagungan dan Kebesaran Penciptaan-Nya)
 “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (Adz-Dzaariyaat Ayat 49)
ada langit ada bumi, ada siang ada malam. dll.
tapi kadang di Ayat lain Allah juga menggunakan kata “Aku”,
 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzaariyaat : Ayat 56)
kata “KAMI” (memahaminya dalam Bahasa Arab) dalam Alquran bukan bermakna “TUHAN ITU LEBIH DARI SATU”. Akan tetapi sebagai TA’DZHIIM (PENGAGUNGAN). karena Ayat yang lain mengatakan ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN DIA.
 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).”
(Al-Baqarah Ayat 255)

 “Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (Maha Satu).”
(Al-Ikhlas Ayat 1)

mudah-mudahan bisa dipahami, walau sedikit.   Wallahu ‘alam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
kadang Allah Swt juga menggunakan kata “KAMI” didalam Alquran (dalam bahasa Arab adalah “NAHNU” juga “INNA” atau kata kerja yang diakhiri dengan huruf “NAA”).

Orang arab sendiri akan terpingkal-pingkal kalau melihat cara orang Indonesia berusaha menyesatkan orang lain lewat logika aneh bin ajaib seperti ini, yaitu mengatakan Allah itu banyak hanya lantaran di Al-Quran Allah seringkali menggunakan kata ganti kami (nahnu). Betapa kerdilnya logika yang dikembangkan, niatnya mau sok tahu dengan bahasa arab, sementara orang arab sendiri mafhum bahwa bahasa mereka istimewa.
Tidak semua kata nahnu (kami) selalu berarti pelakunya banyak. Memang benar secara umum kata nahnu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi orang yang bodoh dengan bahasa arab terkecoh besar dengan ungkapan ini. Sebenarnya kata kami tidak selalu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi juga menunjukkan kebesaran orang yang menggunakannya.
Misalnya, seorang presiden dari negara arab mengatakan begini, “Kami menyampaikan salam kepada kalian”, apakah berarti jumlah presiden negara itu ada lima orang? Tentu saja tidak. Sebab kata “kami” yang digunakannya menggambarkan kebesaran negara dan bangsanya, bukan menunjukkan jumlah presidennya.
Tukang becak di pinggir jalan pun tahu bahwa yang namanya presiden di semua negara pastilah jumlahnya cuma satu, tidak mungkin ada lima. Hanya orang bodoh saja yang mengatakan presiden ada lima. Dan hanya orang bodoh tidak pernah makan sekolahan saja yang mengatakan bahwa Allah itu ada banyak, hanya karena Dia menyebut dirinya dengan lafadz KAMI.
Ini adalah logika paling gila yang pernah diucapkan oleh makhluk yang berkaki dua di muka bumi yang mengaku bernama manusia. Dan sayangnya, dengan logika jungkir balik tidak karuan seperti ini, masih saja ada orang yang mau melahapnya mentah-mentah.
orang Arab tentu akan paham, atau juga orang yg mondok di pesantren yg bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa Arab (seperti Pondok Pesantren Gontor dan laen²) tentu tau makna penggunaan kata “Nahnu (kami)”.

Contoh 1 : “Nahnu (kami)” memang bisa digunakan untuk lebih dari satu yaitu “kami” (plural – jamak – banyak),
bisa juga untuk “satu orang” yaitu yg dimaksudkan “saya-sendiri” dengan makna “kemuliaan”. (dalam Bahasa Arab)

Contoh 2 : “Antum (kalian)” memang bisa digunakan untuk lebih dari satu yaitu “Kalian” (plural – jamak – banyak),
bisa juga untuk “satu orang” yaitu yg dimaksudkan “Anda” dengan makna “kemuliaan”. (dalam Bahasa Arab)
(bukan kata “kamu”, yg tidak sopan diucapkan kepada orang tua)

kata “Antum (kalian)”, biasanya digunakan oleh para Santri (Murid) untuk memanggil sang Guru (Kyai) (yg seorang diri – bukan jamak/plural). artinya sangat dianggap TIDAK SOPAN jika Santri mengobrol dengan Kyai-nya memanggil dengan kata “ANTA (kamu)”, bukan “ANTUM”. Bukan berarti “Antum” ini bermakna “kalian” (jamak) akan tetapi BERMAKNA satu untuk “PENGHORMATAN”.
Ya, untuk SEBUAH “PENGHORMATAN DAN PENGAGUNGAN”.
blum paham? atau paham sedikit?…
mari kita belajar sdikit bahasa Arab dan Inggris 20 detik saja.

I (am) = saya, aku.
You = kamu
We = kami
They = Mereka
He = dia (laki-laki)
She = dia (wanita)
It = dia (benda & hewan)

mari bandingkan dengan bahasa Arab… (sowry, keyboard windows ane ga support ngetik arabic, penyebutannya aje ya  ^-^ )
Huwa = dia (laki-laki)
Huma = dia berdua (laki-laki)
Hum = mereka (laki-laki)
Hiya = dia (perempuan)
Huma = dia berdua (perempuan)
Hunna = mereka (perempuan)
Anta = kamu (laki-laki)
Antuma = kamu berdua (laki-laki)
Antum = kalian (laki-laki)
Anti = kamu (perempuan)
Antuma = kamu berdua (perempuan)
Antunna = kalian (perempuan)
Ana = Saya, Aku
Nahnu = Kami

belum lagi jika digabungkan dengan ‘kata kerja’, maka akan berubah. contoh kata “fa’ala” (melakukan / “do” dalam english) ditempatkan dengan kata-kata diatas maka akan menjadi: “yaf’alu” (dia (seorang lak-laki) melakukan…), “yaf’alaani” (dia dua orang lak-laki melakukan…), “yaf’aluuna” (mereka (laki-laki) melakukan…), dan seterusnya…. puannjaang dee pokoke…
(sekadar deskripsi bahwa ilmu bahasa Arab itu luas, grammar-nya berbeda dengan bahasa Inggris, ataupun bahasa Indonesia, apalagi bahasa lainnya).
—–> artinya, kita harus mengembalikan makna kata dalam Alquran ke BAHASA ASLINYA, yaitu BAHASA ARAB.

Ok, kembali… lalu mengapa ALLAH SWT menggunakan kata “NAHNU” (KAMI) ???
contoh Ayat,
 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.” (Al-Mu’minuun Ayat 12)
kadang Allah Swt. memaksudkan (dalam Alquran) suatu penciptaan  yang melibatkan oknum lain dalam  penciptaan tersebut sebagai proses, umumnya ALLAH SWT mengatakan “NAHNU” (KAMI), dan juga kadang ALLAH SWT menggunakan kata “ANA” (AKU) di Ayat lainnya.
maknanya, ketika Allah Swt. menciptakan manusia, ada unsur lain yang menjadi PROSES PENCIPTAANNYA. yaitu adanya pertemuan ayah & ibu, bertemunya  sel sperma & sel telur. ada PROSES inilah yang kemudian RAHASIA AL QUR’AN mengapa Allah Swt. menggunakan lafadz “NAHNU (KAMI)”.
contoh ayat yang sepadan, Allah Swt. mengatakan “Kholaqnaa” yaitu “Kami (menciptakan)”
 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.” (Al-Hujuraat Ayat 13)
Lalu Bagaimana dengan ayat…


“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam”. (Al-Anbiyaa’ Ayat 107)
kata Arsalna ( أَرْسَلْنَا ‘Kami mengutus’) berasal dari kata dasar “Arsala” أَرْسَلْ (yg mempunyai arti; mengutus, memberikan risalah, mengantarkan risalah).
sebagaimana penjelasan sebelumnya diatas, kata “KAMI” yg Allah Swt. maksudkan karena ADANYA OKNUM / UNSUR LAIN DALAM PROSES PENGUTUSAN. YAITU “MALAIKAT JIBRIL” SEBAGAI PENGANTAR WAHYU ALLAH SWT. makanya Allah Swt. menggunakan Kata “NAHNU” (KAMI).
“Menjadi Rahmat” tidak berarti hanya “diri Nabi Muhammad saw.” saja, akan tetapi dengan “MUKJIZAT ALQURAN (WAHYU – dari Allah Swt. melalui Malaikat Jibril) dan juga SUNNAH NABI SAW (perilaku & akhlaq beliau selama hidup).
kadang ALLAH SWT menunjukkan kata “INNI” (AKU) dan “NAHNU” (KAMI) didalam Alquran adalah “LITTA’DZHIIM” (menunjukkan Keagungan & Kebesaran).

 “Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (Al-Ahqaaf Ayat 3)
menjelaskan sesuatu Yang BESAR, AGUNG, MULIA, DAHSYAT.
contoh, dijelasin bahwa bumi itu mengitari matahari, itu saja. padahal tidak hanya sampai disitu saja. bahkan matahari pun berputar mengitari galaksi sebagaimana bumi mengitarinya. dan masing-masing mempunyai jalur lintasannya sendiri. memiliki jarak dan waktu tersendiri. semua bergerak. menakjubkan!


Ayat lainnya, (menunjukkan Keagungan dan Kebesaran Penciptaan-Nya)
 “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (Adz-Dzaariyaat Ayat 49)
ada langit ada bumi, ada siang ada malam. dll.
tapi kadang di Ayat lain Allah juga menggunakan kata “Aku”,
 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzaariyaat : Ayat 56)
kata “KAMI” (memahaminya dalam Bahasa Arab) dalam Alquran bukan bermakna “TUHAN ITU LEBIH DARI SATU”. Akan tetapi sebagai TA’DZHIIM (PENGAGUNGAN). karena Ayat yang lain mengatakan ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN DIA.
 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).”
(Al-Baqarah Ayat 255)

 “Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (Maha Satu).”
(Al-Ikhlas Ayat 1)



 Wallahu ‘alam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar