Asallamu'alaikum wr.wb
Ini
adalah peperangan pertama yang dilalui oleh Islam. Hendaklah kaum Muslim harus
meninggalkan dorongan kemanusiaan mereka, yakni orang-orang kafir harus dibunuh
agar musuh-musuh Allah SWT mengetahui bahwa Islam telah memilih darah. Allah
SWT telah mendukung Umar bin Khattab dalam Al-Qur'an sehingga Nabi saw dan Abu
Bakar menangis ketika keduanya menyadari kesalahan mereka pada hari berikutnya,
lalu Umar memergoki mereka dalam keadaan menangis dan ia bertanya, "apa
yang menyebabkan Rasulullah saw dan temannya di gua menangis?" Kemudian
Rasulullah saw membaca Al-Qur'an:
"Tidak
patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya
di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki
(pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau
sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu
ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang hamu ambil." (QS. al-Anfal:
67-68)
Kedua
ayat itu mengatakan bahwa ini bukan saatnya melindungi para tawanan dan
berusaha untuk menebus mereka. Waktu Demikian belum saatnya. Nabi tidak berhak
memiliki tawanan kecuali jika ia telah melakukan banyak peperangan dan banyak berjihad
dan telah banyak membunuh dan dakwahnya telah mapan.
Kedua
ayat tersebut menyingkap tujuan di balik penebusan tawanan: "Kamu
menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat
(untukmu)."
Demikianlah
pemikiran yang mempertimbangkan keadaan-keadaan aktual yang sulit. Itu adalah
pemikiran yang bersifat taktik sebagaimana yang kita ungkapkan dalam istilah
modern dan bukan pemikiran yang bersifat strategis. Kemudian para tawanan
tersebut bukan tawanan biasa tetapi menurut istilah modern mereka adalah
penjahat-penjahat perang. Oleh karena itu, nyawa mereka harus ditumpahkan saat
mereka dapat ditangkap, meskipun mereka memiliki kekayaan yang banyak atau
kedudukan yang tinggi. Islam tidak mengakui kekayaan atau kedudukan, yang diakuinya
adalah keimanan, sedangkan pertimbangan-pertimbangan duniawi lainnya tidak
dihiraukan oleh Islam.
Nas
Al-Qur'an memperingatkan orang-orang yang menang bahwa kesalahan mereka bisa
berakibat pada datangnya siksaan yang bakal mereka terima tetapi Allah SWT
mengampuni mereka dan menurunkan rahmat-Nya: "Kalau sekiranya tidak ada
ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang
besar karena tebusan yang kamu ambil."
Siksaan
tersebut memang lebih dekat daripada pohon yang dekat ini, kemudian Allah SWT
mengampuni mereka dan Allah SWT mengampuni sahabat-sahabat yang terjun di
perang Badar, baik dosa yang lalu maupun dosa mereka yang akan datang.
Demikianlah Al-Qur'an ingin mendidik kaum Muslim agar mereka tidak banyak
mempertimbangkan urusan manusiawi saat berperang. Jadi, Islam memulai
peperangannya yaitu peperangan yang hanya ditujukan kepada Allah SWT dan
hendaklah peperangan tersebut dihilangkan dari pertimbangan-pertimbangan yang
sulit sehingga sahabat-sahabat Nabi mengetahui bahwa kecenderungan kepada
kesenangan duniawi akan berakibat pada kekalahan mereka.
Dalam
peperangan Uhud jumlah kaum musyrik tiga ribu sedangkan jumlah kaum Muslim tiga
ratus pasukan setelah pemimpin orang-orang munafik Abdullah bin Saba'
mengundurkan diri pasukan. Kaum Muslim diletakkan di gunung dan Rasulullah saw
membuat rencana yang jitu untuk memenangkan pertempuran di mana beliau membagi
pasukan pemanah di puncak gunung untuk melindungi punggung kaum Muslim dan
melinduingi mereka dari serangan dari arah belakang. Rasulullah saw memberi
pengertian kepada pasukan panah itu agar mereka tetap di tempatnya baik kaum
Muslim menang maupun kalah. Yakni bahwa pasukan pemanah tidak boleh turun dari
gunung dan meski berusaha untuk melindungi kaum Muslim. Rasulullah saw berkata
kepada mereka. "lindungilah punggung-punggung kami. Jika kalian melihat
kami sedang bertempur, maka kalian tidak usah turun darinya dan tidak usah
menolong kami, dan jika kalian melihat kami memperoleh kemenangan dan mengambil
ganimah, maka kalian tidak boleh ikut serta bersama kami."
Setelah
membuat keputusan tersebut, Rasulullah saw kembali ke pasukan yang lain, lalu
beliau membikin suatu rencana untuk menyerang. Dan Dimulailah peperangan
kemudian pasukan Islam mendorong pasukan musyrik laksana angin yang kencang
yang memporak-porandakan ribuan kaum musyrik. Pada tahapan pertama pasukan
Islam tampak menguasai medan dan berhasil menyapu kaum musyrik sehingga pasukan
Mekah tampak berputus asa meskipun mereka unggul secara bilangan dan meskipun mereka
memiliki kuatan persenjataan yang lengkap, pasukan Mekah justru dikagetkan
dengan ketangguhan pasukan Muslim yang dapat memukul mundur mereka hingga
mereka membayangkan balwa mereka tidak dapat memenangkan peperangan atau dapat
bertahan di hadapan pasukan Muslim.
Debu-debu
peperangan mulai berterbangan yang menyertai tanda-tanda kekalahan pasukan
Mekah. Sementara itu, para pemanah yang diletakkan Rasulullah saw di suatu
tempat yang strategis berpikir untuk memperoleh ganimah. Pasukan Mekah telah
kalah dan mereka telah melarikan diri dari pasukan Muslim, maka bagaimana
seandainya para pemanah turun dari tempat mereka untuk mengumpulkan harta
rampasan dan ganimah. Rasulullah saw telah mengingatkan mereka agar jangan
meninggalkan tempat mereka, apa pun yang terjadi tetapi pasukan pemanah itu
justru berkhianat dan menentang perintah Nabi saw setelah mereka membayangkan
bahwa peperangan telah selesai dan keuntungan akan diperoleh pasukan Madinah
yang beriman.
Pasukan
pemanah mengira bahwa Allah SWT akan menutupi kesalahan mereka dan akan
melindungi mereka sehingga mereka berhasil mengambil harta rampasan dan
ganimah. Sungguh keikhlasan telah tercabut dari hati sebagian pasukan. Belum
lama hal tersebut berlangsung sehingga terjadilah perubahan yang drastis pada
peperangan. Pemimpin pasukan berkuda musyirik dalam peperangan Uhud yaitu
Khalid bin Walid yang kemudian ia menjadi tokoh Muslim adalah orang yang sangat
jenius dalam peperangan. Begitu ia melihat pasukan pemanah lari dari tempat
mereka, maka ia melihat celah yang terbuka di tengah-tengah kaum Muslim,
sehingga ia segera memutarkan kudanya dan disertai pasukan yang mengikutinya.
Kemudian ia menyerang kaum Muslim dari belakang. Serangan yang dilakukan Khalid
itu sangat cepat dan sangat mengejutkan. Orang-orang musyrik mengambil
kesempatan emas. Mereka yang tadinya lari, kini mereka menarik diri dan justru
menyerang kembali.
Pasukan
Muslim dikepung dari dua arah oleh pasukan berkuda: satu dari belakang dan yang
lain dari depan. Kemudian berjatuhanlah korban-korban dari pasukan Muhammad bin
Abdillah. Banyak di antara mereka yang mati sebagai syahid saat mempertahankan
dan melindungi Rasulullah saw, bahkan sang Nabi pun hidungnya terluka dan
giginya pun runtuh dan kepala beliau yang mulia terluka sehingga beliau
mengucurkan darah.
Kemudian
tersebarlah isu bahwa Muhammad saw telah meninggal. Ketika mendengar itu, kaum
Muslim sangat terpukul dan sangat sedih sehingga kaum Muslim pun
terpecah-pecah. Sebagian mereka kembali ke Mekah dan sekelompok yang lain ke
atas gunung dan mereka tetap menjaga Nabi saw yang mulia. Ketika mendengar
kematian Nabi, Anas bin Nadhir berkata kepada kaumnya: "Bangkitlah kalian
dan matilah seperti kematiannya. Apa yang kalian lakukan setelah kalian hidup
sesudahnya."
Pasukan
Muslim tetap bertahan dan melakukan peperangan, lalu tekanan kaum musyrik
semakin berat kepada Nabi saw dan para sahabatnya. Kemudian terjadilah kejadian
yang paling sulit dalam sejarah umat Islam. Nabi saw berteriak saat melihat
kaum musyrik menekannya dan berusaha membunuhnya: "Barangsiapa yang dapat
mengusir mereka dariku, maka baginya surga."
Mendengar
perkataan itu, kaum Muslim segera mengitari Nabi saw dan melindungi beliau
sehingga banyak dari mereka berguguran sebagai syahid. Bahkan sahabat-sahabat
Abu Juanah melindungi Nabi saw sampai-sampai punggungnya dipenuhi dengan
anak-anak panah. Ia bagaikan baju besi yang dipakai kepada Nabi saw dan ia
tetap kokoh melindungi sang Nabi saw. Kemudian berubahlah keadaan karena
keteguhan dan keberanian yang diperlihatkan oleh kaum Muslim. Pasukan Mekah
merasa puas dan mereka memilih untuk menarik diri. Saat itu orang-orang Quraisy
tidak lebih sedikit penderitaannya daripada orang-orang Muslim.
Setelah
peperangan yang dahsyat itu, kaum musyrik menarik diri setelah mereka berhasil
membunuh beberapa orang Muslim, bahkan mereka berhasil melukai pemimpin pasukan
yaitu sang Nabi saw. Semua itu terjadi karena satu kesalahan yaitu kesalahan
terletak pada penentangan dan pembangkangan para pemanah terhadap perintah sang
Rasul saw dan usaha mereka untuk meninggalkan tempat mereka.
Ketika
sebagian kelompok dari sahabat kehilangan pengorbanan dan kehilangan sikap
ikhlas dalam hati mereka, maka kesalahan tersebut harus dibayar oleh tentara
yang paling berani dan mulia di antara mereka yaitu sang Nabi saw. Langit tidak
ikut campur untuk menyelamatkan pasukan Islam itu. Kesalahan kaum Muslim itu
harus dibayar oleh Rasul saw di mana wajah beliau pun terluka bahkan keluar
darah yang cukup deras dari luka beliau sehingga setiap kali dituangkan air di
atas luka itu, maka darah pun semakin deras mengucur. Darah itu tidak berhenti
kecuali setelah dibakarkan potongan tembikar lalu dilekatkan di atasnya.
Luka
beliau bukan hanya bersifat materi tetapi luka spiritual beliau dan ruhani
beliau pun semakin bertambah. Ini beliau rasakan ketika mendengar bahwa
pamannya Hamzah gugur sebagai syahid dan tidak cukup dengan itu, bahkan istri
Abu Sofyan yaitu Hindun membelah perutnya dan mengeluarkan jantungnya serta
mengunyahnya dengan mulutnya. Semua itu semakin menambah kesedihan sang Nabi.
Kaum
Quraisy menguasi pasukan Muslim dan mereka memberlakukan dan menekan kaum
Muslim secara aniaya. Seandainya bukan karena rahmat Allah SWT niscaya kaum
Muslim akan mengalami kekalahan yang telak. Kemudian turunlah dalam Al-Qur'an
al-Karim ayat-ayat yang mendidik kaum Muslim agar mereka benar-benar ikhlas dan
memahamkan mereka bahwa kekalahan mereka sebagai akibat dari adanya pasukan di
antara mereka yang menginginkan dunia meskipun di antara mereka ada sebagian
yang menginginkan akhirat. Jika terjadi demikian, maka tidak adajalan untuk
memperoleh kemenangan. Ini bukanlah hal yang diinginkan oleh pasukan Muslim,
yang diharapkan adalah hendaklah semua pasukan tertuju untuk mencapai ridha
Allah SWT dan hanya mengharapkan akhirat. Jika demikian halnya, maka Allah SWT
akan memberi mereka dunia dan akhirat.
Allah
SWT berfirman dan menceritakan peperangan Uhud dalam surah Ali 'Imran:
"Di
antaramu ada orang yang menghendahi dunia dan di antara kamu ada orangyang
menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji
kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia
(yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman." (QS. Ali 'Imran:: 152)
Allah
SWT memaafkan hal itu. Orang-orang Muslim kini menghitung jumlah korban mereka
dan mengobati orang-orang yang terluka. Rasulullah saw bertanya tentang
pamannya Hamzah, dan ketika beliau mendapatinya di tengah-tengah sahabat yang
gugur, dan orang-orang kafir telah merusak jasadnya, maka beliau berkata dalam
keadaan menangis: "Tidak akan ada orang yang akan tertimpa sepertimu
selama-lamanya."
Kemudian
Nabi saw berdiri dan memuji Allah SWT lalu beliau memerintahkan untuk
mengembalikan orang-orang yang terbunuh dari kaum Muslim ke tempat asal mereka
di mana mereka terbunuh. Saat itu keluarga mereka telah membawanya ke kuburan
kemudian Nabi saw mengumpulkan kedua orang laki-laki dari pahlawan-pahlawan
Uhud dalam satu pakaian dan beliau bertanya siapa di antara keduanya yang
paling banyak mengambil manfaat dari Al-Qur'an. Jika diisyaratkan kepada salah
satunya, maka beliau akan mendahulukannya untuk dimasukan dalam liang lahad.
Rasulullah
saw juga memerintahkan agar mereka dikebumikan dengan darah mereka dan beliau
pun tidak mensalati mereka, serta tidak memandikan mereka. Allah SWT ingin
memperlihatkan bagaimana mereka dibangkitkan pada hari kiamat lalu beliau
bersabda: "Tiada seorang pun yang terluka di jalan Allah SWT kecuali Allah
SWT membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan di mana Iukanya akan mengucur
darah. Warna itu adalah warna darah dan baunya seperti minyak misik."
Bukanlah
penderitaan yang dalam yang merupakan pelajaran yang harus dimengerti kaum
Muslim dari peperangan Uhud sebagai akibat dari pembangkangan mereka dari
perintah Rasul saw dan ketidaktaatan mereka kepadanya, tetapi wahyu juga
menurunkan berbagai pelajaran yang lain yang dapat dimanfaatkan. Pelajaran yang
terpenting setelah pelajaran kesetiaan adalah penjelasan tentang central utama
yang di situ kaum Muslim berkumpul. Pribadi Rasulullah saw bukanlah markas yang
di situ kaum Muslim berkumpul yang ketika pribadi Rasulullah saw yang mulia
pergi karena satu dan lain hal, maka orang-orang Muslim akan pergi dan
meninggalkan beliau. Tidak seharusnya pribadi Rasul saw menjadi markas atau
central tetapi yang menjadi central dari semuanya adalah pemikiran beliau.
Itulah yang paling penting.
Demikianlah
bahwa Al-Qur'an al-Karim mencela orang-orang yang meletakkan senjatanya ketika
tersebar isu terbunuhnya Nabi saw. Islam tidak akan mencapai puncaknya ketika
kaum Muslim berkumpul di sisi Rasulullah saw saat beliau masih hidup namun
ketika beliau terbunuh atau mati, maka mereka murtad di mana mereka membuang
senjatanya dan pergi mengurusi diri mereka sendiri. Orang-orang Islam adalah orang-orang
yang mengikuti prinsip bukan mengikuti pribadi. Muhammad bin Abdillah memang
seorang pemimpin manusia dan Imam para rasul dan penutup para nabi, dan sebagai
makhluk Allah SWT yang paling mulia, namun ini semua tidak membenarkan bahwa
seorang Muslim diperbolehkan untuk meletakkan senjatanya ketika Rasul saw
wahfat atau terbunuh. Hendaklah seorang Muslim memanggul senjatanya dan tidak
membuang dari tangannya kecuali dalam dua keadaan: pertama ketika ia telah
memperoleh kemenangan dan kedua ketika ia telah mati.
Nas
Al-Qur'an menjelaskan secara gamblang hubungan kaum Muslim dengan akidah Islam,
bukan dengan pribadi sang Rasul saw. Allah SWT berfirman:
"Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakahjika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke
belakang (tnurtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maha ia tidak dapat
mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orangyang bersyukur." (QS. Ali 'Imran: 144)
Demikianlah
bahwa peperangan Uhud telah membawa dampak yang luar biasa terhadap kaum
Muslim, utamanya terhadap Nabi saw. Orang-orang yang terbunuh di perang Uhud
adalah sahabat-sahabat yang paling mulia dan paling banyak imannya. Mereka
adalah pilihan dari orang-orang Muslim yang pertama; mereka memikul beban
dakwah di saat-saat yang sulit bahkan mereka harus berhadapan dan memusuhi
kerabat mereka dan teman-teman mereka; mereka menjadi terasing saat menyatakan
keislaman mereka sebelum hijrah dan sesudahnya; mereka telah menginfakkan
harta; mereka berjuang di jalan Allah SWT; mereka telah bersabar dalam
menanggung berbagai macam penderitaan, dan ketika datang saat yang paling
berbahaya dan pasukan Islam telah terkepung di mana jiwa Rasul saw telah terancam,
mereka justru mencurahkan darah mereka bagaikan lautan yang menenggelamkan
orang-orang kafir dan mereka mampu melindungi sang Rasul saw dan mengubah jalan
peperangan serta menyelamatkan akidah tauhid.
Peperangan
Uhud bukanlah pengorbanan pertama yang dilakukan oleh kaum Muslim dan bukanlah
merupakan peperangan yang terakhir. Ia adalah satu peperangan di antara cukup
banyak peperangan yang dilalui oleh Islam untuk menyebarkan kalimat Allah SWT
di muka bumi dan membimbing hamba-hamba-Nya. Begitu juga pengorbanan Rasul saw,
dan peperangan Uhud bukanlah pengorbanan yang pertama terhadap Islam dan bukan
juga yang terakhir. Rasulullah saw telah hidup setelah diutusnya kepada manusia
di mana beliau telah memberikan semuanya untuk kehidupan dan untuk dakwah;
beliau tidak memiliki dirinya sendiri; beliau tidak memboroskan waktunya dengan
sia-sia bahkan beliau beristirahat sedikit saja. Semua kehidupan beliau
diberikan kepada dakwah dan untuk Islam. Beliau menjalani berbagai macam
peperangan dan beliau memikul berbagai macam penderitaan dan belum lama beliau
lari dari suatu problem kecuali beliau berhadapan dengan problem yang baru dan
lain; belum lama beliau menyelesaikan suatu krisis kecuali beliau menghadapi
krisis yang lain. Demikianlah kehidupan sang Nabi saw di mana beliau selalu
memberikan kontribusi dan sumbangannya demi kepentingan agama Allah SWT.
Silakan
Anda mengamati kehidupan sang Rasul saw dari sudut manapun yang Anda inginkan
niscaya Anda tidak akan menemukan sudut dari sudut-suduut kehidupan beliau
kecuali dimulai dan dipenuhi dengan pergulatan yang hebat.
Rasulullah
saw telah melalui pergulatan militer dalam berbagai macam pertempuran yang
silih berganti yang beliau lakukan. Beliau memulai pergulatan politiknya yang
terwujud dalam perundingan-perundingan dan surat-surat yang beliau kirimkan
kepada penguasa dan para raja di berbagai negara agar mereka memeluk Islam,
bahkan beliau melakukan pergulatannya dalam masalah pribadi di rumah tangga.
Rumah tangga beliau pun tidak kosong dari pergulatan. Beliau adalah pejuang
sejati dalam setiap waktu. Kalau kita mengenal Nabi Ibrahim sebagai seorang
musafir di jalan Allah SWT, maka Muhammad bin Abdillah adalah seorang pejuang
di jalan Allah SWT. Belum lama peperangan Uhud berakhir sehingga
pengaruh-pengaruh buruknya berbekas pada kaum Muslim. Orang-orang Arab Badui
mulai berani bersikap kurang ajar kepada mereka, demikianjuga orang-orang
Yahudi, apalagi orang-orang munafik dan tidak ketinggalan orang-orang Quraisy
pun mulai menyudutkan kaum Muslim.
Kemudian
datanglah utusan dari kabilah Arab kepada Rasul saw dan mereka mengatakan
kepada beliau bahwa mereka mendengar tentang Islam dan mereka ingin memeluknya,
maka hendaklah beliau mengutus kepada mereka beberapa dai dan mubalig untuk
mengajari mereka tentang dasar-dasar agama. Nabi saw mengutus bersama mereka
sekelompok para dai yang dipimpin oleh 'Ashim bin Tsabit. Temyata orang-orang
itu berkhianat atas para sahabat-sahabat yang berdakwah itu dan mereka pun
dibunuh. Bahkan tiga di antara mereka ditawan dan dijual di Mekah. Dijualnya
mereka di Mekah berarti mereka diserahkan pada kelompok orang-orang Quraisy
yang telah lama menunggu untuk menangkap kaum Muslim. Kaum Quraisy Mekah
membunuh tiga tawanan kaum Muslim itu. Orang-orang Muslim sangat sedih
mendengar dai-dai Allah SWT itu terbunuh dengan cara yang begitu tragis.
Ketika
datang kepada Nabi saw orang-orang yang minta pada beliau agar dikirim utusan
dari kalangan mubaligh untuk menyebarkan Islam untuk para kabilah kaum Najd,
maka Nabi kali ini betul-betul mempertimbangkan antara kepentingan menyebarkan
Islam dan perlindungan terhadap kehormatan manusia. Lalu beliau memilih untuk
kepentingan dakwah Islam. Beliau menyadari bahwa beliau mengutus para
sahabatnya dalam bahaya; beliau memberitahu mereka bahwa mereka akan menghadapi
suatu keadaan yang misterius yang tiada mengetahuinya kecuali Allah SWT. Namun
bahaya tersebut sudah menjadi bagian dari cita rasa kehidupan yang selalu
meliputi dakwah Islam.
Ketika
Nabi saw mengutarakan kekhawatirannya terhadap para sahabatnya yang bakal
diutusnya di tengah kabilah itu, orang-orang yang meminta beliau untuk mengutus
para sahabatnya menyakinkan beliau bahwa mereka akan melindungi sahabat beliau.
Kemudian Nabi saw memerintahkan tujuh puluh orang pilihan dari sahabatnya untuk
pergi dan berjihad di jalan Allah SWT serta mengajak manusia untuk mengikuti
Islam. Lalu pergilah para sahabat yang kemudian dikenal dengan sebutan
al-Qurra' (yaitu orang-orang yang pandai membaca Al-Qur'an dan menghapalnya).
Mereka adalah para dai yang terbaik yang diutus Nabi di mana pada siang hari
mereka memikul kayu bakar dan pada malam hari mereka sibuk dalam keadaan salat.
Ketika datang perintah Rasulullah saw kepada mereka untuk pergi dan berdakwah
mereka pun pergi dalam keadaan gembira karena mereka diajak untuk berjihad di
jalan Allah SWT. Mereka melangkahkan kaki dengan mantap di tanah orang-orang
munafik dan para penghianat sehingga mereka sampai di suatu sumur yang bemama
sumur Ma'unah. Kemudian mereka mengutus salah seorang di antara mereka untuk
menemui pemimpin orang-orang kafir di negeri itu. Mubalig dari sahabat
Rasulullah saw itu menyampaikan surat Nabi yang dibawanya di mana beliau
mengharapkan agar masyarakat di situ masuk Islam, tetapi ia dikagetkan dengan
adanya pisau yang menembus punggungnya. Mubaligh itu berteriak saat ia
tersungkur: "sungguh aku beruntung demi Tuhan pemelihara Ka'bah."
Kemudian
pemimpin orang-orang kafir itu mengangkat senjata dan mengumpulkan para kabilah
untuk memerangi para mubaligh di jalan Allah SWT itu sehingga sahabat-sahabat
terbaik yang berdakwah di jalan Allah SWT itu pun gugur di sumur Ma'unah.
Jasad-jasad mereka menjadi makanan dari burung nasar dan burung-burung yang
lain. Dari tujuh puluh orang yang dikirim itu hanya seorang yang selamat yang
kembali kepada Nabi saw. Ia menceritakan apa yang dialami oleh fuqaha-fuqaha
Muslimin di mana mereka dikhianati. Ketika mendengar berita tentang tragedi
itu, Nabi sangat terpukul dan sedih. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan
berkata kepada sahabat-sahabatnya: "Sungguh sahabat-sahabat kalian telah
terbunuh dan mereka telah meminta kepada Tuhan mereka. Mereka mengatakan, Tuhan
kami, berikanlah kami ujian sesuai dengan kehendak-Mu dan ridha-Mu. Apa saja
yang menjadi kepuasan-Mu kami pun akan merasakan kepuasan."
Sungguh
penderitaan yang dialami oleh Islam sangat berat, terutama yang menimpa para
sahabat yang gugur sebagai syahid di sumur Ma'unah. Nabi saw sangat sedih
mendengar sikap orang-orang Arab dan orang-orang kafir terhadap Islam. Mereka
telah mengejek dan merendahkan kaum mukmin sampai pada batas ini. Kemudian
beliau menetapkan akan kembali mengangkat kewibawaan Islam dengan tindak
kekerasan.
Dalam
keadaan seperti ini, bergeraklah orang-orang Yahudi untuk membunuh Rasulullah
saw. Pada suatu hari beliau pergi ke Bani Nadhir untuk menyelesaikan suatu
urusan. Kemudian mula-mula mereka menampakkan persetujuan atas apa yang
diucapkan beliau. Mereka mendudukkan Nabi di bawah naungan benteng-benteng
mereka, lalu mereka bersekongkol untuk melenyapkan beliau; mereka menetapkan
untuk melemparkan batu yang berat dari atas benteng itu saat beliau duduk dan
tidak membayangkan akan terjadinya kejahatan yang direncanakan padanya. Namun
Allah SWT mengilhami Rasul-Nya akan datangnya bahaya kepada beliau, lalu beliau
bangun sebelum pelaksanaan tipu daya itu. Lalu beliau segera pergi menuju
rumahnya. Beliau berpikir saat beliau kembali ke rumahnya dengan membawa
penderitaan yang baru. Pembangkangan dan pengkhianatan tersebut tidak akan
dapat berhenti kecuali setelah Islam menunjukkan taringnya. Islam ingin
mengembalikan kewibawaannya dengan cara mengangkat senjata.
Rasul
saw mengutus utusan ke Bani Nadhir dan memerintahkan mereka untuk keluar dari
Madinah, bahkan Rasul saw memberi waktu kepada mereka hanya sepuluh hari.
Kemudian orang-orang munafik yang ada di Madinah bersatu bersama orang-orang
Yahudi dan mereka sepakat untuk memerangi Islam. Namun ketika berhadapan dengan
Islam, orang-orang Yahudi menelan kekalahan. Kemudian turunlah surah al-Hasyr
yang menyebutkan pengusiran orang-orang Yahudi dan menyingkap kedok orang-orang
munafik. Setelah kemenangan yang meyakinkan ini, Rasul saw keluar bersama
sahabatnya untuk membalas kejadian yang menimpa sahabat-sahabatnya yang dikenal
dengan al-Qurra' itu. Rasul saw ingin mengembalikan kewibawaan Islam. Kemudian
pasukan Rasul saw itu mampu membuat para pengkhianat dari orang-orang Arab
ketakutan. Hanya sekadar mendengar nama pasukan Muslim, maka serigala-serigala
gurun yang dulu bengis itu pun ketakutan laksana tikus-tikus yang panik yang
bersembunyi di bawah lobang-lobang gunung. Orang-orang Quraisy mendengar
kegiatan pasukan Islam. Pasukan Quraisy menarik diri saat mereka mendekati
Dahran, sementara pasukan Muslim berada di Badar. Mereka menunggu pertemuan
yang disepakati di Uhud. Orang-orang Muslim menyala-kan api selama delapan hari
sebagai bentuk tantangan dan menunggu kedatangan kaum kafir sehingga ketika
mereka (kaum kafir) telah pergi, maka citra kaum Muslim pun terangkat setelah
mereka menerima kepahitan dalam peperangan Uhud.
Kaum
Muslim menoleh ke arah utara jazirah Arab setelah menetapkan kewibawaan mereka
di selatan. Kabilah di sekitar Daumatul Jandal dekat dengan Syam merampok di
tengah jalan dan merampas kafilah yang berlalu di situ, bahkan kenekatan mereka
sampai pada batas di mana mereka berpikir untuk menyerbu Madinah. Oleh karena
itu, Rasulullah saw keluar bersama seribu orang Muslim yang mereka bersembunyi
di waktu siang dan berjalan di waktu malam, sehingga setelah lima belas malam
beliau sampai ke tempat yang dekat dengan tempat tinggal musuh-musuh mereka
lalu mereka menggerebek tempat itu. Pasukan kafir itu dikagetkan dengan
kedatangan kaum Muslim yang begitu cepat.
........BERSAMBUNG........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar