Sabtu, 07 September 2013

Kisah




Pada suatu hari seorang raja naik kuda. Ia merasa kagum pada perhiasan dunia yang ia berada di dalamnya, seperti banyak permata, intan dan pakain yang indah. Ketika ia dalam keadaan tersebut, tiba-tiba datang seorang yang buruk rupa. Raja mengucapkan salam kepadanya, namun ia tak menjawab salamnya. Tanpa menunggu waktu lebih lama, orang buruk rupa tersebut memegang kendali kuda sang raja.

Raja berkata: ‘Lepaskanlah kendali kudaku, sesungguhnya engaku telah melakukan suatu (kesalahan) yang besar!’

‘Sesungguhnya aku ada keperluan denganmu, dan aku akan memberitahumu’, jawab orang tersebut.

Seketika itu juga lidah Raja menjadi kelu dan air mukanya berubah.
‘Biarkanlah sampai aku kembali kepada keluarga dan mengucapkan salam perpisahan kepada mereka’, pinta sang raja.
‘Demi Allah, tak mungkin! Engkau tak akan melihat keluargamu sama sekali’. Selseai mengatakan kalimat pencabut nyawa itu langsung mencabut nyawanya. Seketika itu juga Raja menjadi mayat, seperti sebatang kayu.
Malaikat pencabut nyawa (lalu) pergi menemui seorang mukmin yang sedang berjalan ditengah jalan. Ia mengatakan salam kepada orang tersebut, dan orang itu menjawab salamnya.
‘Saya ada suatu keperluan denganmu’, kata malaikat itu. ‘Saya adalah malaikat pencabut nyawa’, ia meneruskan dengan berbisik.
‘Selamat datang. Engkau terlalu lama membiarkanku menunggu kedatanganmu. Demi Allah, tiada sesuatu yang gaib (yang kutunggu) yang lebih ku inginkan dari bertemu denganmu’, jawab orang tersebut.
‘Tunaikanlah keperluanmu yang engkau keluar untuk melakukannya’, kata malaikat pencabut nyawa dengan ramah.
‘Demi Allah, tiada suatu keperluan yang lebih aku sukai dari pertemuan dengan Allah!’, kata orang mukmin itu bersemangat.
‘Pilihlah, dalam keadaan apa engkau ingin aku mencabut nyawamu, sebab aku telah diperintahkan (Allah) untuk berbuat demikian’, tanya sang malaikat.
‘Biarkanlah aku melakukan shalat. Dan cabutlah nyawaku ketika aku sedang sujud’, jawanya tenang.
Orang mukmin tersebut shalat lalu malaikat mencabut ruhnya ketika orang mukmin itu sedang sujud.
Bandingkanlah dua keadaan yang berbeda di atas. Bagaimana malaikat pencabut nyawa menangguhkan mencabut nyawa hamba Allah yang mukmin agar ia dapat menunaikan keperluannya dan bahkan mencabutnya dalam keadaan atas dasar keinginannya, sedan kepada raja yang kaya raya, perkasa dan berkuasa, malaikat menyatakan bahwa tiada jalan keluar dan penangguhan baginya. Alangkah bruk dan tak bergunanya kerajaan miliknya, kedudukan tinggi yang disandangnya, dan persenjataan lengkap yang dipersiapkannya. Lebih dari itu, alangkah besar penyesalan dan kerugiannya.
Kisah ini membuktikan kebenaran hadis Nabi SAW: ‘Kematian adalah kelegaan (kebahagiaan) bagi orang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar