Pada suatu hari
seorang raja naik kuda. Ia merasa kagum pada perhiasan dunia yang ia berada di
dalamnya, seperti banyak permata, intan dan pakain yang indah. Ketika ia dalam
keadaan tersebut, tiba-tiba datang seorang yang buruk rupa. Raja mengucapkan
salam kepadanya, namun ia tak menjawab salamnya. Tanpa menunggu waktu lebih
lama, orang buruk rupa tersebut memegang kendali kuda sang raja.
Raja berkata:
‘Lepaskanlah kendali kudaku, sesungguhnya engaku telah melakukan suatu
(kesalahan) yang besar!’
‘Sesungguhnya aku ada
keperluan denganmu, dan aku akan memberitahumu’, jawab orang tersebut.
Seketika itu juga
lidah Raja menjadi kelu dan air mukanya berubah.
‘Biarkanlah sampai
aku kembali kepada keluarga dan mengucapkan salam perpisahan kepada mereka’,
pinta sang raja.
‘Demi Allah, tak
mungkin! Engkau tak akan melihat keluargamu sama sekali’. Selseai mengatakan
kalimat pencabut nyawa itu langsung mencabut nyawanya. Seketika itu juga Raja
menjadi mayat, seperti sebatang kayu.
Malaikat pencabut
nyawa (lalu) pergi menemui seorang mukmin yang sedang berjalan ditengah jalan.
Ia mengatakan salam kepada orang tersebut, dan orang itu menjawab salamnya.
‘Saya ada suatu
keperluan denganmu’, kata malaikat itu. ‘Saya adalah malaikat pencabut nyawa’,
ia meneruskan dengan berbisik.
‘Selamat datang.
Engkau terlalu lama membiarkanku menunggu kedatanganmu. Demi Allah, tiada
sesuatu yang gaib (yang kutunggu) yang lebih ku inginkan dari bertemu
denganmu’, jawab orang tersebut.
‘Tunaikanlah
keperluanmu yang engkau keluar untuk melakukannya’, kata malaikat pencabut
nyawa dengan ramah.
‘Demi Allah, tiada
suatu keperluan yang lebih aku sukai dari pertemuan dengan Allah!’, kata orang
mukmin itu bersemangat.
‘Pilihlah, dalam
keadaan apa engkau ingin aku mencabut nyawamu, sebab aku telah diperintahkan
(Allah) untuk berbuat demikian’, tanya sang malaikat.
‘Biarkanlah aku
melakukan shalat. Dan cabutlah nyawaku ketika aku sedang sujud’, jawanya
tenang.
Orang mukmin tersebut
shalat lalu malaikat mencabut ruhnya ketika orang mukmin itu sedang sujud.
Bandingkanlah dua
keadaan yang berbeda di atas. Bagaimana malaikat pencabut nyawa menangguhkan
mencabut nyawa hamba Allah yang mukmin agar ia dapat menunaikan keperluannya
dan bahkan mencabutnya dalam keadaan atas dasar keinginannya, sedan kepada raja
yang kaya raya, perkasa dan berkuasa, malaikat menyatakan bahwa tiada jalan
keluar dan penangguhan baginya. Alangkah bruk dan tak bergunanya kerajaan
miliknya, kedudukan tinggi yang disandangnya, dan persenjataan lengkap yang
dipersiapkannya. Lebih dari itu, alangkah besar penyesalan dan kerugiannya.
Kisah ini membuktikan
kebenaran hadis Nabi SAW: ‘Kematian adalah kelegaan (kebahagiaan) bagi orang
mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar