Islam Dan Kekerasan
Sejak
masa penyebaran agama Islam, banyak yang menganggap Islam dan umat
Islam sebagai musuh, dan sampai hari ini masih banyak pihak yang tidak
suka melihat perkembangan Islam dan umat Islam. Caranya dengan
menyebarkan informasi yang salah tentang Islam dan penganutnya yang
berjumlah sekitar dua milyar di seluruh dunia.
Muhammad
Elmasry, Presiden Canadian Islamic Congress, dalam tulisannya yang
berjudul History Dispel the Lies About Islam mengungkapkan, propaganda
dengan cara disinformasi semacam ini sangat ampuh untuk melemahkan Islam
dan umat Islam.
Namun ia meyakini, fakta sejarah dan
kebohongan yang terus menerus dilontarkan, justru akan menampakkan
kebenaran Islam dan umat Islam.
Al-Quran, Menjaga Keaslian Ajaran Agama Islam
Teknik yang paling terkenal dalam perang propaganda adalah penyebaran 'informasi yang salah' tentang pihak musuh. Disinformasi merupakan kata baru untuk kebohongan di era postmodern seperti sekarang ini.
Jika
seseorang mengulangi kebohongan yang sama berulang-ulang, kemampuan
berfikir kritis orang-orang yang mendengarnya akan mati rasa dan tanpa
kehadiran argumen yang melawannya, pada akhirnya kebohongan-kebohongan
tidak bisa dipisahkan dari kebenaran.
Elmasry
mengungkapkan, Islam sejak berabad-abad yang lalu sudah memiliki banyak
musuh dan musuh yang banyak itu masih ada hingga sekarang. Salah satu
kebohongan yang kerap dikabarkan oleh orang-orang yang ingin merusak
Islam adalah bahwa umat Islam menyebarkan agamanya dengan pedang.
Meski
demikian, tidak ada agama yang saat ini masih bertahan di dunia ini,
yang secara persis terdokumentasi seperti agama aslinya, baik dalam hal
wahyu, pesan-pesan maupun ajarannya. Berbeda dengan Islam, sejak
kemunculannya melalui Nabi Muhammad Saw dan penyebarluasan ayat-ayat
Al-Quran yang dilakukannya, sejarah Islam tercatat dengan baik. Mulai
dari zaman nabi-nabi sampai sekarang, Al-Quran memberikan tuntunan dan
mengajarkan disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan
menyebarnya Islam, kehidupan dan ajaran-ajaran dari para nabinya telah
tercatat dengan baik.
Sementara di agama Kristen dan
Yudaisme tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dan dipuja adalah mereka
yang berasal dari waktu ketika agama itu baru dikenalkan. Sedangkan di
dalam Islam, umat Islam yang hidup di zaman Nabi Muhammad Saw dan yang
mencakup ajaran Al-Quran lah yang menjadi contoh bagi para penganut
Islam selanjutnya. Banyak dari perbuatan dan pemikiran mereka yang
dicatat untuk kepentingan generasi berikutnya.
Tidak Ada Paksaan untuk Memeluk Agama Islam
Kembali
pada apakah Al-Quran mendorong umat Islam untuk menyebarkan
keyakinannya dengan paksaan, atau apakah Nabi Muhammad sendiri menjadi
contoh kekerasan yang diikuti oleh umat Islam; maka seseorang, menurut
Elmasry, harus merujuk pada sumbernya.
Al-Quran dengan
jelas menyatakan bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam
sebagaimana dapat dibuktikan melalui firman Allah:
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." [QS.2:256]
Perintahnya
sudah jelas, tidak ada pengecualian-pengecualian. Paksaan, pengerahan
kekuatan, kekerasan, bujuk rayu, penyesatan, penipuan, pendangkalan iman
- atau apapun istilah yang digunakan - karena hal semacam itu
tegas-tegas dilarang. Dan ketahulah, tidak ada kitab suci lain yang
menegaskan hal semacam ini pada para penganutnya, selain Islam.
Sebagai
buktinya, kata Elmasry, bisa dilihat di negara-negara yang penduduknya
mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Malaysia yang sepanjang
sejarahnya tidak pernah diduduki tentara Muslim asing mana pun yang
datang untuk memaksakan Islam di kedua negara itu. Begitu juga dengan
kehidupan wilayah Muslim di Cina, di wilayah-wilayah sun sahara di
Afrika, Amerika, Eropa dan Turki. Semua negara atau wilayah ini
diperkenalkan kepada Islam melalui umat Islam lainnya, bukan oleh
tentara Islam.
Bahkan di Mesir, di mana penganut Islam
awalnya kebanyakan dari tentara-tentara bangsa Arab. Islam menyebar
perlahan-lahan ke seluruh Mesir lebih dari 400 tahun. Rakyat Mesir
mencintai Islam karena nilai-nilai yang diajarkannya seperti keadilan,
persamaan, modernitas dan kebebasan. Di Mesir, seperti juga di Persia,
Suriah Raya, India, Afrika Utara dan Spanyol, para mualaf dengan bebas
memeluk agama Islam karena Islam menawarkan perbandingan yang lebih
dibandingkan dengan agama lainnya yang masih ada pada saat ini.
Pada
masa-masa awal, mereka yang dibatasi dan ditindas karena kekakuan
ajaran agama Kristen dan tradisi-tradisi Yahudi, atau mereka yang
dikesampingkan karena sistem kasta dalam agama Hindu, tertarik dengan
agama Islam yang tidak mengenal sistem hierarki kasta. Mereka mengagumi
Islam yang mengajarkan ketauhidan bahwa Tuhan itu satu dan hanya Dia
yang patut disembah oleh semua makhluk di bumi ini, bahwa manusia bisa
berkomunikasi langsung dengan Tuhanya dan tidak ada dosa warisan, karena
setiap manusia bertanggung jawab penuh atas perbuatannya
sendiri-sendiri.
Kenyataannya, Islam menyebar ke sejumlah
tempat secepat peluru, tapi tidak ada peluru dalam arti yang sebenarnya
terlibat dalam penyebaran itu. Konsep menyeluruh tentang 'pindah agama atau mati'
sama sekali asing dan tidak ada dasarnya dalam keyakinan dan ajaran
agama Islam. Al-Quran sendiri mendorong adanya kemuliaan setiap
kehidupan umat manusia dengan mengatakan bahwa membunuh orang lain
adalah sama halnya dengan membunuh seluruh umat manusia.
Sejarah Membuktikan Umat Islam Kerap Menjadi Korban Kekerasan
Umat
Islam tidak menyalahkan agama apapun atas kekejaman yang yang dilakukan
oleh mereka yang mengklaim penganut agama tertentu. Umat Islam tidak
menyalahkan Yudaisme itu sendiri atas ketidakadilan yang dilakukan
Yahudi terhadap bangsa Palestina. Umat Islam tidak semata-mata
menyalahkan agama Kristen atas kejahatan yang dilakukan gereja di abad
pertengahan dengan perang salibnya, atas kekejaman yang dilakukan
pasukan Kristen ketika menaklukan Spanyol yang diikuti dengan
penganiayaan dan pengusiran atas umat Islam. Umat Islam tidak
menyalahkan siapapun atas pemeriksaan yang super ketat dan mengerikan
dan atas pembantaian yang mengatasnamakan Hari Santa Bartholomeus, serta
sejumlah tragedi serupa lainnya.
Elmasry berpendapat,
ketiga agama, baik Yudaisme, Kristen dan Islam memiliki akar yang sama
yaitu tradisi Arab yang mengajarkan hal yang sama yaitu keadilan,
persamaan dan melarang kekerasan. Mereka yang memulai 'masalah' agama
dengan menggunakan kekerasan adalah orang yang justru menghina kesucian
ajaran agamanya sendiri.
Muslim generasi awal di Arab
Saudi bahkan mengalami penyiksaan, hingga mereka hijrah dari Makkah ke
Madinah, namun mereka tetap dikejar-kejar oleh para penyembah berhala
yang ingin memusnahkan mereka. Dan itulah awal mula umat Islam mulai
mengangkat senjata namun dengan tujuan mempertahankan diri. Dan ini
bukanlah perang agama, tapi lebih pada pertikaian politik yang terpaksa
terjadi di mana kaum kaya dan berkuasa di Arab Saudi pada abad ke-6
Masehi merasa status dan kedudukan mereka terancam oleh keberadaan umat
Islam.
Umat Islam sendiri tidak pernah bertujuan untuk
memaksa para penyembah berhala itu agar memeluk agama Islam, tapi hanya
untuk mempertahankan diri mereka. Sama halnya dengan kaum pagan yang
tidak berkeinginan untuk menindas agama Islam, tapi lebih pada keinginan
untuk menumpas para pemeluk Islam melalui kekuatan politik.
Lebih
lanjut, Elmasry yang juga seorang profesor bidang teknik listrik dan
komputer di Universitas Waterloo, Kanada ini mengungkapkan bahwa Nabi
Muhammad Saw dan pengikutnya kembali ke Makkah dengan kemenangan dan
dengan cara damai. Ia memaafkan semua orang yang pernah menyulut dan
mengobarkankan perang terhadap diri serta para pengikutnya.
Sikap
Nabi Muhammad yang mulia dan pemaaf ini merupakan refkleksi ajaran yang
dituangkan dalam ayat-ayat Al-Quran yang sangat menekankan pentingnya
adab, sopan santun, silaturakhmi, saling mengasihi, saling memaafkan,
dan selalu mengedepankan perikemanusiaan, bahkan di tengah-tengah
konflik yang keras sekalipun.
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang
Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan
rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari
dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka." (Al-Furqon, 63-64)
[ln - MediaMonitors - eramuslim]
BEBERAPA PERANG RASULULLAH SAW DAN FAKTA-FAKTA YANG PERLU ANDA KETAHUI
https://www.facebook.com/notes/khairunnissa-anissa/beberapa-perang-rasulullah-saw-dan-fakta-fakta-yang-perlu-anda-ketahui/304804906332006
Jihad Menurut Islam vs Jihad Menurut Kristen https://www.facebook.com/notes/khairunnissa-anissa/jihad-menurut-islam-vs-jihad-menurut-kristen/304800359665794
MEMAHAMI HIKMAH PERANG DALAM SEJARAH ISLAM https://www.facebook.com/notes/khairunnissa-anissa/memahami-hikmah-perang-dalam-sejarah-islam/304803222998841
Perbandingan Jumlah Korban Perang Islam Dan Perang Kristen https://www.facebook.com/notes/khairunnissa-anissa/perbandingan-jumlah-korban-perang-islam-dan-perang-kristen/304806159665214
Perang Salib https://www.facebook.com/notes/khairunnissa-anissa/perang-salib/304807866331710
Tuhan yang Sadis https://www.facebook.com/notes/khairunnissa-anissa/tuhan-yang-sadis/304809256331571
Tidak ada komentar:
Posting Komentar