Assallamu,alaikum.wr.wb
Kelanjutan Dari Kisah Nabi Muhammad Saw (bagian.1)
Tragedi
yang menimpa Abrahah adalah karena bahwa ia berusaha menentang kehendak Ilahi
sehingga kehendak Ilahi itu menghancurkannya dengan mukjizat yang mengagumkan.
Datanglah banyak burung dengan membawa batu-batuan yang tidak didengar
suaranya. Kemudian burung-burung melemparkan batu-batu itu kepada Abrahah beserta
tentaranya. Semua ini berdasarkan rencana Ilahi terhadap rumah-Nya dan
agama-Nya serta nabi-Nya sebelum orang mengetahui bahwa Nabi Islam telah
bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tidurnya di perut ibunya dan mulai
memasuki kehidupan yang keras di muka bumi.
Di
tengah-tengah kegembiraan Mekah karena keselamatan penghuninya dan selamatnya
Ka'bah, Aminah binti Wahab bermimpi: di tengah suatu malam ia menyaksikan
dirinya berdiri sendirian di tengah-tengah gurun, dan telah keluar dari dirinya
suatu cahaya besar yang menyinari timur dan barat dan terbentang hingga langit.
Aminah tiba-tiba terbangun dari tidurnya namun ia tidak mengetahui tafsir dari
mimpinya.
Berlalulah
hari demi hari dari tahun gajah. Dan pada waktu sahur dari malam Senin hari
keduabelas dari bulan Rabiul Awal, Aminah melahirkan seorang anak kecil yang
yatim yang bernama Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib, seorang cucu dari
Ismail bin Ibrahim bin Adam.
Sebelum
ia dilahirkan, dunia mati karena kehausan padanya. Kehausan dunia sangat besar
kepada cinta, rahmat, dan keadilan. Sekarang teiah berlalu 600 tahun dari
kelahiran al-Masih dan orang-orang Masehi telah menjauhi ajaran cinta, bahkan
keyakinan-keyakinan berhalaisme telah meresap kepada sebagian kelompok mereka
dan kejernihan ajaran tauhid telah ternodai. Sedangkan orang-orang Yahudi telah
meninggalkan wasiat-wasiat Musa dan mereka kembali menyembah lembu yang terbuat
dari emas. Dan setiap orang dari mereka lebih memilih untuk memiliki lembu emas
yang khusus. Demikianlah, berhalaisme telah menyerang di bumi. Bumi dipenuhi
oleh kegelapan. Akal disingkirkan dan Tuhan diiupakan dan mereka menyerahkan
diri mereka kepada pembohong.
Ketika
jantung dunia telah terkena kekeringan, maka memancarlah dari timur suatu mata
air keimanan yang jernih yang menjadi puas dengannya separo dunia. Dan mukjizat
besar terjadi ketika mata air ini mengeluarkan air yang jernih dari jantung
gurun yang paling besar ketandusannya di dunia, yaitu gurun jazirah Arab.
Berkenaan dengan penggambaran masa tersebut, dalam hadis yang mulia dikatakan:
"Sesungguhnya Allah melihat penduduk bumi lalu Dia murka kepada mereka,
baik orang-orang Arab maupun orang-orang Ajam kecuali sebagian kecil dari
Ahlulkitab."
Di
tenda yang kasar, lahirlah seorang anak yatim yang kemudian bertanggung jawab
untuk memberikan minum kepada dunia yang haus pada cinta, keadilan, kebebasan,
serta kebenaran. Sementara itu, beberapa langkah dari tempat kelahirannya
terdapat berhala-berhala yang memenuhi Baitul 'Athiq dan sekitar Ka'bah yang
dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail agar menjadi rumah Allah SWT dan Dia
disembah di dalamnya dan manusia merasa tenteram di dalamnya. Di rumah yang
kuno ini—yang dibangun sebelumnya oleh Adam—dipenuhi patung-patung tuhan yang
terbuat dari batu dan kayu. Ini menunjukkan betapa akal orang-orang Arab saat
itu mengalami titik terendah.
Sementara
itu nun jauh di sana, tepatnya di Yatsrib atau Madinah dipenuhi oleh
orang-orang Yahudi yang mereka datang di sana karena melarikan diri dari
penindasan orang-orang Romawi. Mereka tinggal di situ bagaikan srigala-srigala
di atas tanah yang tersubur di mana mereka melakukan monopoli dalam
perdagangan. Mereka membagun kejayaan mereka dengan memanfaatkan orang-orang
Arab dan keheranan mereka terhadap diri mereka sendiri.
Para
cendikiawan Yahudi memperdagangkan segala sesuatu, dimulai dari emas sampai
Taurat. Mereka menyembunyikan kertas-kertas darinya dan menampakkan
sebagiannya; mereka mengubah kertas-kertas Taurat itu untuk memperkaya diri
mereka. Pada saat orang-orang Yahudi menyembah emas dan sangat lihai melakukan
persekongkolan, orang-orang Arab justru menyembah batu dan mereka pandai
berperang. Mereka juga lihai dalam membuat syair lalu menggantungkannya di atas
tirai-tirai Ka'bah. Orang-orang Arab hidup di bawah naungan sistem kesukuan di
mana kepala suku adalah pemimpin dan nilainya sebanding dengan anak buahnya,
dan kemampuan mereka dalam berperang. Dan keutamaan seseorang dilihat dari asal
muasalnya serta nilainya juga dilihat dari kefanatikannya serta kebanggannya
kepada nasab yang merupakan kemuliannya, juga kefanatikannya terhadap berhala
tertentu yang merupakan agamanya. Jadi, segala bentuk kemuliaan dan kewibawaan
tidak terbentuk kecuali dalam ruang lingkup yang sempit dalam kabilah atau
kesukuan.
Sedangkan
di tempat yang jauh dari Mekah, Romawi menyerupai burung rajawali yang lemah,
namun belum sampai kehilangan kekuatannya. Orang-orang Romawi sangat menyanjung
kekuatan. Sedangkan di belahan timur dari utara negeri Arab, orang-orang Persia
menyembah api dan air. Api tetap menyala di tempat peribadatan mereka di mana
manusia rukuk untuknya. Dan di sana terdapat danau Sawah yang dianggap suci
oleh mereka.
Sementara
itu, Kisra, raja kaum Persia duduk di atas singgasananya dan memberikan
keputusan terhadap manusia. Keputusan Kisra selalu didengar dan dilaksanakan.
Tidak ada seorang pun yang berani menentangnya dan menolaknya. Orang-orang
Persia berhasil mengalahkan Romawi dan Yunani, sehingga mereka menjadi kekuatan
yang dahsyat di muka bumi. Meskipun mereka memiliki kekuatan yang sangat luar
biasa, namun penyembahan api jelas-jelas menunjukkan betapa bodohnya mereka dan
betapa kekuatan mereka diliputi oleh kebodohan sehingga akal mereka tercabut
dan mereka terhalangi untuk mencapai kebenaran. Alhasil, kegelapan semakin meningkat
di setiap penjuru bumi dan kehidupan berubah menjadi hutan yang lebat di mana
di dalamnya seorang yang kuat akan menyingkirkan seorang yang lemah dan di
dalamnya yang menang adalah kebatilan.
Di
tengah-tengah suasana yang demikian kelam, lahirlah seorang anak di tenda
Mekah. Ketika anak tersebut lahir, maka padamlah api yang disembah oleh kaum
Persia dan keringlah danau Sawah yang disucikan oleh manusia, bahkan robohlah
empat belas loteng dari istana Kisra. Dan setan merasa bahwa penderitaan yang
besar telah merobek-robek hatinya. Ini semua sebagai simbol dimulainya
kehancuran kejahatan atau keburukan di muka bumi dan terbebasnya akal manusia
dari penyembahan terhadap sesama manusia atau terhadap hal-hal yang bersifat
khurafat. Manusia diajak hanya untuk menyembah kepada Allah SWT. Kelahiran
Rasul sebagai bukti hilangnya kelaliman, sebagaimana kelahiran Nabi Musa yang
menunjukkan kebebasan Bani Israil dari kelaliman Fir'aun.
Ajaran
Muhammad bin Abdillah merupakan ajaran revolusi yang paling meyakinkan dan yang
paling penting yang pernah dikenal di dunia; ajaran yang bertugas untuk
menyelamatkan dan membebaskan akal dan materi. Tentara Al-Qur'an adalah tentara
yang paling adil dan paling berani untuk menghancurkan orang-orang yang lalim.
Kita akan melihat dalam sejarah Nabi bahwa kejadian-kejadian luar biasa telah
mengelilingi Ka'bah sebelum kelahirannya. Kemudian terjadilah peristiwa luar
biasa setelah kelahirannya di mana terjadilah peristiwa pembelahan dada pada
saat beliau masih kecil, begitu juga beliau dinaungi oleh awan di waktu kecil,
bahkan beliau terkenal pada saat masih kecil dengan kecenderungan untuk
meninggalkan permainan-permainan yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil
seusia beliau. Allah SWT memberikan penjagaan khusus kepadanya sehingga Jibril
as turun kepadanya dengan membawa wahyu.
Selanjutnya,
mukjizatnya yang pertama adalah mukjizat yang terdapat pada kepribadiannya dan
pemikiran-pemikirannya. Itulah yang menjadi mukjizatnya yang terbesar setelah
Al-Qur'an; itu adalah bangunan ruhani yang tinggi di mana beliau mampu menahan
penderitaan di jalan Allah SWT. Dan dalam menegakkan kebenaran, beliau memikul
berbagai macam rintangan. Beliau melaksanakan amanat yang diembannya secara
sempuma dan sebaik-baik mungkin. Hal yang indah yang dikatakan tentang mukjizat
Nabi setelah diutusnya beliau adalah bahwa beliau tidak mempunyai mukjizat
selain usaha membebaskan akal: tanpa memiliki kekuatan luar biasa selain
membebaskan pikiran, tanpa dalil selain kalimat Allah SWT.
Sedangkan
Isa bin Maryam telah berdakwah dan mengajak manusia untuk menciptakan kesamaan,
persaudaraan, dan cinta kasih di antara mereka, namun Muhammad saw diberi
karunia untuk mewujudkan persamaan, persaudaraan, dan cinta kasih di antara
orang-orang mukmin di tengah-tengah kehidupannya dan setelah kehidupannya.
Ketika
Nabi Isa mampu menghidupkan orang-orang yang mati dan mengeluarkan mereka dari
kuburan, Muhammad bin Abdillah menghidupkan orang-orang hidup dari kematian
mereka yang tidak pernah mereka sadari. Itu adalah bentuk kematian yang paling
berat. Beliau juga mengeluarkan rnereka dari kegelapan dan kebodohan menuju
cahaya ilmu, dan dari belenggu syirik dan kekufuran menuju dunia tauhid.
Sulaiman
sebagai seorang Nabi dan raja mampu memperkerjakan jin untuk mengabdi padanya,
bahkan mereka mampu terbang beribu-ribu mil untuk menghadirkan singgasana
musuh-musuhnya agar mereka semua tercengang terhadap kemampuannya, sehingga
mereka masuk Islam. Namun Muhammad saw justru mengabdi kepada Islam hanya
sebagai seorang tentara yang sederhana. Beliau mengetahui bahwa ketika beliau
lalai sesaat saja dari dakwah di jalan Allah SWT, maka kesempatannya dalam
menyebarkan agama Islam akan hilang.
Di
saat terjadi peristiwa besar dalam peperangan, tiba-tiba azan salat
dikumandangkan, sehingga para pasukan yang berperang mengerjakan salat. Tidak
ada malaikat yang turun untuk melindungi mereka ketika salat atau mencegah
datangnya anak-anak panah dari punggung mereka saat sujud. Karena itu,
hendaklah para pasukan melindungi dirinya sendiri. Para pasukan mukmin berusaha
salat secara bergantian: sebagian mereka salat dan sebagian mereka bertugas
untuk menjaga.
Allah
SWT berfirman:
"Dan
apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka
berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka sujud
(telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu
(untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum
bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka
bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin agar kamu lengah
terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan
sekaligus."(QS. an-Nisa': 102)
Selesailah
masalah itu dan tidak adak malaikat yang turun untuk melindunginya dan
menolongnya. Ini adalah masa kematangan akal dan masa keletihan para nabi dan
orang-orang mukmin. Dan sesuai kadar keletihan mereka dalam menyampaikan ajaran
Islam, mereka pun akan mendapatkan balasan yang besar.
Pada
masa para nabi sebelum Nabi Muhammad saw, mereka menghadirkan mukjizat-mukjizat
kepada kaum mereka saat memulai dakwah, sehingga kaum tersebut mempercayai apa
saja yang mereka bawa, sedangkan Nabi Muhammad bin Abdillah tidak menghadirkan
kepada kaumnya selain dirinya dan ketulusannya.
Allah
SWT telah memutuskan untuk melindungi Musa dan memerintahkannya untuk
mengangkat gunung di atas kaumnya hingga mereka beriman kepada Taurat, atau
untuk menjatuhkan gunung tersebut di atas mereka. Ketika mengetahui hal yang
Demikian itu, orang-orang Yahudi sujud dengan meletakkan pipi mereka di atas
tanah dan mereka mengamati bukit batu yang berada di atas kepala mereka yang
diangkat oleh tangan yang tersembunyi. Sedangkan Nabi Muhammad bin Abdillah tak
pernah memaksa seseorang pun. Berimanlah beberapa orang kepadanya dan puaslah
beberapa orang kepadanya dan matilah bersamanya orang-orang yang mati dalam
keadaan puas. Beliau tidak membawa pedang kecuali saat panah yang beracun
mendekati jantung Islam dan mengancamnya.
Dakwah
para nabi menuntut terjadinya mukjizat demi mukjizat. Ini karena masa
kekanak-kanakan manusia serta kelemahan akal dan hilangnya panca indera
menuntut rahmat Allah SWT untuk mendatangkan mukjizat yang sesuai dengan masa
turunnya mukjizat tersebut dan budaya masyarakat setempat. Adalah hal yang
maklum bahwa di tengah-tengah penduduk Mekah saat itu tidak terdapat
orang-orang yang cerdas atau orang-orang yang bijak yang mampu menyerap
kata-kata yang baik. Dan kesulitan yang dihadapi oleh Islam adalah bahwa ia
tidak diturankan pada masa ini saja, tetapi Islam diturunkan untuk setiap masa.
Allah SWT mengetahui bahwa manusia telah memasuki masa kematangan berpikir yang
mengagumkan, maka hikmah-Nya menuntut bahwa pernyataan yang pertama kali
disebutkan dalam risalah-Nya adalah "iqra'" (bacalah). Di samping
itu, risalah tersebut mengandung pemikiran yang universal, sistem yang
membangun, dan hukum yang mempesona, serta kebebasan yang diidamkan, dan
manusia yang sempurna.
Adalah
tidak mengurangi kehormatan para nabi sebelum Nabi Muhammad saw di mana mereka
tidak diutus di masa-masa kematangan pemikiran, tetapi yang menambah kehormatan
Nabi Muhammad saw bahwa beliau diutus di tengah-tengah masa kematangan berpikir,
dan beliau diutus sebelum datangnya masa ini. Beliau memikul berbagai lipat
cobaan yang pernah dipikul oleh para nabi; beliau berdakwah dengan menanggung
berbagai lipat godaan dan cobaan; beliau mengalami siksaan yang pernah dialami
oleh semua para nabi; beliau mencintai Allah SWT sebagaimana para nabi
mencintai-Nya. Allah SWT memuliakannya ketika beliau mengimami mereka di saat
salat pada saat beliau melakukan Isra' dan Mi'raj. Meskipun demikian, ketika
beliau keluar pada suatu hari menemui sahabat-sahabatnya dan mendapati mereka
mengutamakan para nabi dan mendahulukannya atas mereka, maka beliau justru
menampakkan kemarahan dan wajahnya berubah. Beliau berkata: "Janganlah
kalian mengutamakan aku atas Yunus bin Mata."
Melalui
pernyataan itu, beliau berusaha meletakkan suatu pondasi pemikiran yang harus
dilalui oleh kaum Muslim di mana para nabi memang memiliki derajat tertentu di
sisi Allah SWT. Boleh jadi ada nabi yang lebih afdal atau yang lebih mulia
daripada yang lain. Siapakah yang menetapkan hal itu? Tidak ada seorang pun
selain Allah SWT. Ada pun kaum Muslim hendaklah mereka berhenti pada batas
tertentu yang seharusnya mereka berikan berkaitan dengan sopan santun terhadap
para nabi. Selama Allah SWT menyampaikan shalawat kepada rasul sebagai bentuk penghormatan
dan memerintahkan mereka untuk menyampaikan shalawat kepadanya, dan selama
Rasulullah seperti nabi-nabi yang lain, maka hendaklah mereka juga bershalawat
kepada semua nabi tanpa perbedaan, meskipun pada bentuk shalawat itu sendiri.
Sementara
itu, bayi yang mungil itu yang lahir di Mekah bergerak setelah tahun gajah.
Kemudian berita tersebar di sana sini dan Sampailah ke telinga kakeknya bahwa
cucunya telah dilahirkan. Abdul Muthalib segera menuju ke tempat itu dan
membawa cucunya yang yatim lalu berkeliling dengannya di Ka'bah sambil
memikirkan namanya. Abdul Muthalib tidak merasa terpukau dengan nama-nama yang
mulai beredar di benaknya. Ia tampak bingung menentukan nama yang paling tepat
buat cucunya, bahkan kebingungannya itu berlanjut sampai enam hari, sehingga
sang Nabi disunat. Ketika malam telah menyelimuti kawasan Mekah, datanglah
kepadanya suara yang sama yang dulu pernah dilihatnya dan didengarnya yang
memerintahkannya untuk menggali zamzam. Di tengah-tengah tidurnya, suara itu
membisikkan kepadanya bahwa nama cucunya berasal dari al-Ham, yang berarti
Muhammad atau Ahmad.
Orang-orang
Quraisy bertanya kepada Abdul Muthalib: "Nama apa yang engkau berikan
kepada cucumu?" Abdul Muthalib menjawab sambil mengingat bisikan suara
yang didengarnya saat mimpi, "Muhammad." Nama tersebut sebenamya
tidak umum di kalangan orang-orang Jahilliyah. Mereka bertanya, "Mengapa
Abdul Muthalib tidak memakai narna-nama kakek-kakeknya dan nama-nama yang biasa
dipakai di kalangan mereka." Abdul Muthalib menjawab: "Aku ingin
Allah SWT memujinya di langit dan manusia memujinya di bumi."
Kami
tidak mengetahui dorongan apa yang mendikte Abdul Muthalib untuk menyatakan
kalimat tersebut. Apakah kalimat itu bersumber dari realitas kebanggaan
orang-orang Arab yang populer atau berasal dari realitas kebanggaan
tradisional? Atau, apakah berangkat dari realitas kegembiraan yang dalam dengan
kelahiran si cucu, ataukah kalimat itu bersumber dari suasana ruhani yang
jernih dan bisikan alam gaib? Tentu kami tidak bisa menjawab. Yang dapat kami
ketahui adalah bahwa seseorang tidak akan layak menyandang predikat manusia
yang dipuji di bumi dan dipuji oleh Allah SWT di langit seperti predikat yang
disandang oleh Muhammad bin Abdillah.
Nabi
Muhammad saw muncul ke alam wujud dalam keadaan yatim. Beliau ditinggalkan oleh
ayahnya saat beliau masih janin di dalam perut ibunya. Allah SWT berfirman:
"Bukankah
Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?" (QS.
adh-Dhuha: 6)
Allah
SWT melindunginya. Orang-orang sufi mengatakan bahwa sebab-sebab kemanusiaan
seperti adanya kakeknya Abdul Muthalib dan bagaimana ia mengasuhnya dan
melindunginya tidak lain hanya bentuk lahiriah yang tidak begitu penting,
sedangkan bentuk batiniah yang sebenarnya adalah kita berada di hadapan manusia
yang dilindungi dan diasuh oleh Tuhannya sejak masih kecil. Allah SWT
mendidiknya saat beliau masih kecil, dan mengujinya dengan keyatiman saat
beliau masih janin serta mengujinya dengan kelaparan sejak masih kecil, dan
dewasa dengan kematian si ibu, saat beliau masih kecil dengan keterasingan di
tengah-tengah keramaian, dan dengan terjaga di tengah-tengah tidur serta dengan
penderitaan demi penderitaan. Allah SWT telah menyiapkannya sejak usia dini
untuk memikul beban risalah terakhir.
Selanjutnya,
ibunya seringkali memeluknya lebih dari sebelumnya. Ia melihat bahwa banyak
dari wanita-wanita yang menyusui tidak berkenan untuk mengasuhnya. Adalah sudah
menjadi tradisi yang berkembang di Mekah di mana keluarga-keluarga yang mulia
mengirim anaknya ke kawasan dusun agar anak tersebut menyerap dan menghirup
udara segar serta memperoleh mainan yang memadai. Dan biasanya wanita-wanita
yang menyusui anak-anak lebih tertarik menyusui anak-anak dari orang-orang
kaya. Namun ketika pemimpin manusia seorang yang fakir, maka wanita-wanita yang
biasa menyusui tidak berminat kepadanya.
Marilah
kita telusuri bagaimana Halimah binti Abi Duaib menceritakan kisahnya bersama
anak kecil yang disusuinya: "Saat itu terjadi musim tandus dan kami tidak
memiliki sesuatu sehingga aku dan suamiku mengalami kemiskinan yang luar biasa.
Lalu kami menetapkan keluar ke Mekah dan menemani wanita-wanita dari Bani
Sa'ad. Kami semua mencari anak-anak yang masih menvusu agar orang tua mereka
dapat membantu kami untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Binatang
yang aku tunggangi sangat lemah dan sangat kurus yang itu semua disebabkan oleh
kekurangan makanan. Bahkan kami khawatir kalau-kalau ia berhenti di tengah
perjalanan dan mati. Dan kami tidak tidur semalaman karena melihat kondisi anak
kecil yang bersama kami. Ia menangis karena tidak menemukan makanan yang dapat
dimakannya. Ia menangis karena kelaparan dan tidak mendapat air susu, baik dari
air susuku maupun air susu unta yang dibawa oleh suamiku, sehingga kami tidak
dapat memuaskan dahaganya. Di tengah-tengah malam, aku merasakan keputusasaan.
Aku bertanya-tanya bagaimana aku dapat melakukan sesuatu dalam keadaan yang
demikian.
Akhirnya,
kami sampai di Mekah. Sementara itu, wanita-wanita yang ingin mencari anak-anak
yang dapat mereka susui telah mendahului kami. Mereka mengambil anak-anak kecil
yang mereka sukai, kecuali satu anak, yaitu Muhammad di mana ayahnya telah
meninggal dan ia berasal dari keluarga yang miskin meskipun sebenarnya
kedudukannya sangat mulia di antara tokoh-tokoh Quraisy. Oleh karena itu,
wanita-wanita enggan untuk mengasuhnya. Namun aku dan suamiku tidak sepaham
dengan mereka karena aku tidak peduli dengan keyatiman dan kcfakirannya.
Kemudian aku malu untuk kembali dan tidak mengambil bayi yang dapat aku susui
kemudian. Di samping itu, aku malu jika mendapat cercaan dari wanita-wanita
itu. Lalu aku merasakan adanya kasih sayang yang memenuhi hatiku terhadap anak
kecil yang tampan itu yang akan diganggu oleh udara yang kotor."
Kisah
tersebut mengatakan bahwa saat anak-anak kecil mendapatkan wanita-wanita yang
menyusuinya, maka Muhammad bin Abdillah sedang tidur dalam keadaan lapar di
ranjangnya yang kasar, tanpa disusui oleh siapa pun. Suatu hikmah yang tinggi
berkehendak agar bayi yang masih menyusui itu menghadapi dunia dalam keadaan
yatim dan dalam keadaan kelaparan agar ia dapat merasakan penderitaan anak-anak
yatim dan orang-orang yang lapar sebelum ia menyelamatkan mereka.
Halimah
mengatakan bahwa ia meyakinkan suaminya bahwa ia merasakan keinginan yang kuat
untuk mengambil anak yatim ini, sehingga suaminya menyetujuinya. Halimah tidak
mengetahui rahasia keinginannya yang samar agar ia kembali untuk mengambil anak
yatirn yang masih menyusu ini. Ia tidak mengetahui bahwa Allah SWT telah
menanamkan rasa cinta kepada anak kecil itu dalam hatinya seperti Allah SWT
menanamkan cinta kepada Musa pada hati isteri Fir'aun. Jika Musa menolak
wanita-wanita lain untuk menyusuinya kecuali ibunya setelah Allah SWT
mencegahnya dari susuan wanita-wanita lain agar ibunya merasa bahagia dan tidak
bersedih, maka Muhammad bin Abdillah—seorang anak kecil yang masih menyusu dan
mulia—-justru ditolak oleh wanita-wanita yang menyusui, sedangkan ia sendiri
tidak pernah menolak seseorang pun.
Halimah
kembali kepadanya dan ia memberitahu bahwa ia akan mengasuhnya. Nabi Muhammad
saw adalah seorang yang mulia. Halimah meletakkan tangannya di dadanya,
sehingga anak kecil itu tertawa. Halimah mencium di antara kedua matanya. la
meletakkannya di kamarnya. Halimah mengetahui bahwa kedua air susunya telah
kering, namun tiba-tiba air susunya memancar dengan keras sebagai bentuk kasih
sayang dan tanda kebesaran dari Allah SWT. Kini Halimah pun dapat menyusuinya.
Apakah itu merupakan hikmah yang tinggi di mana anak kecil tersebut merasa
cukup dengan sesuatu yang sedikit? Ataukah anak kecil itu sudah dapat mendidik
dirinya untuk zuhud dan qanaah sebelum ia mendidik orang-orang dewasa tentang
pengorbanan dan kesatriaan?
Halimah
kembali ke gurun Bani Sa'ad dan ia membawa Muhammad bin Abdillah. Belum lama ia
menyaksikan tanahnya yang tandus sehingga tiba-tiba kebaikan dunia terbuka dan
mekar di hadapanya, di mana bumi dipenuhi dengan kehijau-hijauan setelah
mengalami masa tandus. Pohon-pohon berbuah dan buah kurma tampak berseri-seri
setelah sebelumnya layu, bahkan susu-susu binatang pun mulai tampak banyak.
Allah SWT memberikan berkah-Nya kepada tempat tersebut. Halimah mengetahui
bahwa kabaikan ini telah datang bersama kedatangan anak kecil yang diberkahi,
sehingga cintanya kepada anak itu semakin bertambah. Bahkan suaminya pun
menjadi tawanan cinta yang lain kepada Muhammad saw.
Pada
suatu hari ia berkata kepada isterinya: "Apakah engkau mengetahui wahai
Halimah bahwa engkau telah mengambil seorang anak yang mulia?" Halimah
berkata: "Anak kecil itu tidak menangis dan tidak berteriak kecuali ketika
ia telanjang." Ketika anak kecil itu gelisah di tengah malam dan tidak
tidur, maka Halimah membawanya keluar dari kemah dan ia berhenti bersamanya di
bawah sinar bintang. Saat itu anak itu tampak bergembira ketika menyaksikan langit.
Setelah kedua matanya terpuaskan oleh pandangan ke arah langit, ia pun mulai
tidur.
Ketika
anak itu mencapai tahun yang kedua, maka ia telah disapih, sehingga ibunya
ingin mengambilnya, tetapi Halimah tidak kuat untuk menahan perpisahan ini.
Halimah menjatuhkan dirinya di hadapan kedua kaki sang ibu dan ia mulai
menciuminya dan ia meminta agar membiarkannya bersama anaknya sehingga anak itu
benar-benar kuat dan dapat kembali menghirup udara segar gurun. Akhirnya,
Rasulullah saw tinggal di tempat Bani Sa'ad sampai lima tahun. Dan pada masa
lima tahun ini terjadi peristiwa penting yang terkenal dengan peristiwa
pembelahan dada. Kehendak Ilahi telah menetapkan kepada Ruhul Amin, yaitu
Jibril untuk menemui Muhammad bin Abdillah dan membelah dadanya dengan perintah
Ilahi serta menyuci hatinya dengan rahmat dan mengeringkannya dengan cahaya dan
mengeluarkan bagian dunia darinya.
Seperti
biasanya Rasulullah saw keluar pada suatu hari bersama saudara susuannya dengan
menunggangi sekawanan domba menuju tempat pengembalaan. Di tengah hari,
saudaranya berlari-lari dalam keadaan takut dan menangis sambil berteriak bahwa
Muhammad telah terbunuh. Muhammad diambil oleh dua orang laki-laki yang memakai
baju yang putih lalu kedua orang itu menelentangkannya dan membelah dadanya.
Mendengar
hal itu, Halimah sangat kaget dan terpukul. Ia segera pergi sambil berlari
mencari Muhammad dan diikuti oleh suaminya yang mengikuti petunjuk anak kecil
dari saudara Muhammad. Akhirnya, mereka menemukan Muhammad sedang duduk di atas
tanah di mana wajahnya tampak pucat dan kedua matanya menyala.
Halimah
dan suaminya mencium dengan lembut dan mulai menampakkan kasih sayangnya.
Kemudian mereka bertanya, "apa yang terjadi?" Muhammad menjawab:
"Ketika aku memperhatikan domba-domba yang sedang bermain aku dikagetkan
dengan kedatangan dua orang yang memakai pakaian yang putih. Mula-mula aku
menyangka bahwa mereka adalah burung yang besar, namun ternyata aku salah.
Mereka adalah dua orang yang tidak aku kenal yang memakai pakaian warna putih.
Salah seorang dari mereka berkata kepada temannya dengan menunjuk ke arahku,
"Apakah ini anaknya?" Yang lain menjawab, "benar." Aku
merasakan ketakutan yang luar biasa. Lalu mereka mengambilku dan menidurkan aku
serta membelah dadaku dan mereka mengambil sesuatu darinya hingga mereka
mendapatinya dan membuangnya jauh-jauh. Setelah itu, mereka bersembunyi laksana
bayangan."
Hadis
tersebut diriwayatkan oleh Anas dan juga diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad.
Para mufasir berbeda pendapat tentang simbolisme yang dalam ini. Sebagaian
besar ulama menakwilkan peristiwa tersebut. Pakar-pakar klasik, seperti
Qurthubi berpendapat bahwa peristiwa itu diisyaratkan oleh firman-Nya:
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?. " (QS. Alam
Nasyrah: 1)
.........BERSAMBUNG.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar