Islam datang dengan
cinta. Mengajarkan cinta dan bagaimana membuat manusia menjadi manusia. Islam
datang dengan penuh kasih sayang, tak pernah mengajarkan bagaimana cara membuat
tipu daya dengan berbagai cara. Ada syariat dengan menjalankan hukum Islam. Islam
datang dengan kelembutan, tak pernah mengatakan kasar tentang hal ini dan itu.
ia merupakan hukum tegas karena Allah yang membuat demikian.
Begitu banyak
perumpamaan yang tertuang dalam Quran tentang manusia dan segala seluk
beluknya. Manusia yang penuh dengan ketidak fahaman. Manusia yang penuh khilaf
dan dosa. Namun, Allah tidak lantas meninggalkan kita. Dia menurunkan Quran
kepada Muhammad tentang bagaimana menyikapi manusia yang jahiliyah dan ingkar.
Karena itulah Allah banyak membuat perumpamaan dalam Quran.
Perumpamaannya seperti lebah. Lebah menghasilkan sesuatu yang baik, diapun juga
memakan yang baik yaitu sari pati bunga, bermanfaat bagi yang lain. Dia
menghisap sari pati bunga untuk membatu bunga tersebut bukan malah meninggalkan
jejak buruk. Betullah sebuah hadits mengatakan, “Sebaik-baik manusia di
antara kamu adalah yang bermanfaat bagi orang lain”. Itulah analogi seorang muslim. Yang dihasilkan oleh lebah yaitu madu ternyata bisa menyembuhkan berbagai
penyakit manusia. Apa yang ia masukkan ternyata sama baiknya dengan apa yang ia
keluarkan. Ia menyebarkan kesembuhan pada orang lain. Yah, itulah dakwah yang
menyembuhkan berbagai penyakit manusia yaitu lupa, khilaf, dan bodoh. Pantaslah
Allah menaruh tata cara berdakwah dalam surat An-Nahl (Lebah). Karena Allah ingin menunjukkan bahwa muslim ibarat lebah yang super hebat. Subhanallah.
“Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl 125).
Lihatlah tata laku lebah yang menjadi perumpamaan umat muslim. Saling membangun menjaga keharmonisan yang
terletak pada ukhuwah lebah. Ukhuwahlebah? Lucu memang. Namun,
tak ada salah ketika menggunakan istilah itu dalam pemaknaan. Lebah saling bekerja sama membangun sebuah peradaban
sarangnya. Teratur dan rapi.
“Dan Tuhanmu mewahyukan
kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon
kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia’. Kemudian makanlah dari
tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan
(bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl 68-69)
Tak hanya itu, ukhuwah lebah yang begitu mengikat membuat mereka begitu
ketat menjaga sarangnya tersebut. Jika sarang tersebut dilempar oleh sebuah
batu, maka tak heran dalam hitungan detik munculah pasukan lebah dengan senjata sengatan pada diri mereka untuk
mengejar pelaku tersebut. Begitulah analogi yang diberikan Allah bagi
orang-orang yang memikirkan. Muslim tidak akan menyerang jika tidak ada yang menyerang. Orang yang
begitu teguh memegang Quran dan Sunnahnya memberikan kesembuhan pada orang lain
dalam bentuk tingkah dan laku dalam mnedakwahkan kepada yang lain juga pada
diri sendiri selayaknya lebah yang menyimpan madu untuk koloninya pada saat ataupun cadangan
makanan. Dia tak pernah pilih kasih untuk menyebarkan madunya kepada siapapun.
Anggap saja lebah adalah seorang muslim yang memnyerap sari bunga (ilmu) dan
menghasilkan madu (dakwah) dan ketika diserang maka dia akan menyerang (jihad).
Subhallah, pantaslah ada salah satu surah bernama An-Nahl. Lebah.
Jadilah
Seperti Lebah
Rasulullah saw.
bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang
bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan
tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)
Kehidupan ini agar
menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti
lebah. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan
fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain,
lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera. Sekarang, bandingkanlah apa yang
dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti
berikut ini:
Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.
Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.
Lebah hanya hinggap di
tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang
terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang
berbau busuk.
Tapi lebah, ia hanya
akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya
yang mengandung bahan madu atau nektar.
Mengeluarkan
yang bersih.
Siapa yang tidak kenal
madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia.
Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu
keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang
pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan,
ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat
tertentu untuk kesehatan: liurnya!
Tidak
pernah merusak
Seperti yang
disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak
atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak
pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial.
Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang
lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan
ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara
berusaha menghentikan kezaliman itu.
Bekerja
keras
Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)
Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)
Bekerja
secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan
Lebah selalu hidup
dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara
kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka
mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya.
Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu
zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat
tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah
seharusnya sikap orang-orang beriman
Tidak
pernah melukai kecuali kalau diganggu
Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.
Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar