Pada abad sebelumnya, Roma tidak pernah menangani orang-orang Yahudi dengan baik. Pertama, Roma telah mendukung Herodes Agung, perampas kekuasaan yang dibenci. Dengan semua bangunan unik yang indah, ia tidak dapat meraih hati rakyat. Arkhelaus, putra dan penerus Herodes, adalah pemimpin yang keji sehingga rakyat meminta pertolongan Roma untuk menggantinya. Roma pun menolong mereka dengan mengirimkan sejumlah Gubernur secara bergilir – Pontius Pilatus, Feliks, Festus dan Florus. Tugas mereka menjaga ketenteraman di daerah yang tidak stabil itu.
Ketegangan dalam diri masing-masing
orang Yahudi tidak mereda. Mereka masih terbuai kenangan masa-masa Makabe, saat
mereka terbebas dari penindasan orang-orang Siria. Sekarang, jumlah mereka yang
kecil ditambah kebangkitan Roma membuat mereka kembali di bawah kekuasaan
orang-orang asing.
Sejak pemerintahan Herodes, denyut
jantung revolusi mereka senantiasa berdetak. Orang-orang Zelot dan Farisi,
masing-masing dengan caranya sendiri, menantikan perubahan. Mereka menantikan
dengan semangat datangnya seorang Mesias. Ketika Yesus memperingatkan bahwa
orang-orang akan berkata, "Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di
sana!" Ia tidak main-main. Sesungguhnya, seperti itulah semangat masa itu.
Di Masada (sebuah bukit karang yang
menghadap Laut Mati, tempat Herodes membangun istananya dan orang-orang Romawi
mendirikan benteng), bermulalah pemberontakan orang Yahudi yang berakhir dengan
pahit.
Terinspirasi kekejaman-kekejaman
Florus, beberapa orang Zelot memutuskan menyerang benteng itu. Yang mengherankan,
mereka menang dan membantai tentara Romawi yang berkemah di sana.
Di Yerusalem, kepala Bait Allah
menyatakan pemberontakan terbuka melawan Roma dengan menghentikan persembahan
harian untuk Kaisar. Tidak lama kemudian seluruh Yerusalem menjadi rusuh;
pasukan Romawi diusir dan dibunuh. Yudea memberontak, kemudian Galilea. Untuk
sementara waktu tampaknya orang-orang Yahudi unggul.
Cestius Gallus, Gubernur Romawi untuk
daerah itu berangkat dari Siria dengan 20.000 tentara. Ia menguasai Yerusalem
selama enam bulan namun gagal dan kembali. Ia meninggalkan 6.000 tentara Romawi
yang tewas dan sejumlah besar persenjataan yang dipungut dan dipakai
orang-orang Yahudi.
Kaisar Nero mengirim Vespasianus,
seorang jenderal yang dianugerahi banyak bintang jasa, untuk meredam
pemberontakan. Vespasianus pun melumpuhkan kelompok pemberontak tersebut secara
bergilir. Ia memulainya di Galilea, kemudian di Transyordania, dan berikutnya
di Idumea. Setelah itu, dia mengepung Yerusalem.
Akan tetapi sebelum menjatuhkan Yerusalem,
Vespasianus dipanggil pulang ke Roma. Nero wafat. Pergumulan untuk mencari
pengganti Nero berakhir dengan keputusan Vespasianus sebagai Kaisar. Titah
kekaisaran pertamanya ialah penunjukan anaknya, Titus, untuk memimpin Perang
Yahudi.
Maka Yerusalem pun menjadi sasaran
empuk setelah terpisah dari daerah-daerah lain. Beberapa faksi (kelompok) dalam
kota itu sendiri berebut mengatur strategi pertahanan. Ketika pengepungan
sedang berlangsung, penduduk kota pun satu demi satu mati karena kelaparan dan
wabah penyakit. Istri imam kepala yang biasanya menikmati kemewahan, turun ke
jalan untuk memungut sisa makanan.
Sementara itu, pasukan Romawi menggelar
mesin-mesin perang baru, yaitu mesin pelontar batu untuk meruntuhkan
tembok-tembok yang melindungi kota. Balok pendobrak pintu gerbang merobohkan
benteng pertahanan. Orang-orang Yahudi berperang sepanjang hari, dan pada malam
hari mereka berjuang untuk membangun kembali tembok-tembok yang runtuh.
Akhirnya, orang-orang Romawi merobohkan
tembok lapisan luar, kemudian lapisan kedua dan akhirnya yang ketiga. Namun
orang-orang Yahudi masih berperang sambil merangkak menuju Bait Allah sebagai
garis pertahanan terakhir.
Itulah akhir bagi para pejuang Yahudi
yang gagah berani dan Bait Allah mereka. Sejarawan Yahudi, Josephus menjelaskan
bahwa Titus ingin melindungi Bait Allah tersebut, tetapi prajurit-prajuritnya begitu marah terhadap musuh mereka
sehingga mendorong mereka membakar Bait Allah.
Jatuhnya Yerusalem mengakhiri
pemberontakan. Orang-orang Yahudi dibantai atau ditangkap serta dijual sebagai
budak. Gerombolan orang Zelot yang menduduki Masada bertahan di situ selama
tiga tahun. Ketika orang-orang Romawi membangun lereng pengepungan dan menyerbu
benteng pegunungannya, mereka menemukan orang-orang Zelot mati bunuh diri
sebagai penolakan menjadi tawanan orang asing.
Pemberontakan orang-orang Yahudi ini
menandai berakhirnya negara Yahudi sampai zaman modern.
Penghancuran Bait Allah (yang dipugar
Herodes) mengubah tata cara peribadahan orang-orang Yahudi. Mereka tidak lagi
mempersembahkan korban sembelihan, tetapi memilih dan mengutamakan sinagoge
yang didirikan pendahulu mereka ketika Bait Allah (yang didirikan Salomo)
dihancurkan orang-orang Babel pada tahun 586 sM.
Kemanakah perginya
orang-orang Kristen ketika pemberontakan orang Yahudi itu berlangsung? Sesuai
peringatan Kristus (Luk. 21:20-24), mereka lari ketika melihat Yerusalem
dikepung pasukan Romawi. Mereka menolak mengangkat senjata dan melawan
orang-orang Romawi. Mereka melarikan diri ke Pella di Transyordania.
Setelah bangsa Yahudi serta Bait Allah
mereka hancur, orang-orang Kristen pun tidak dapat lagi bergantung pada
perlindungan terhadap Yudaisme yang pernah diberikan kekaisaran. Karenanya,
tidak ada tempat lagi bagi orang-orang Kristen untuk berlindung dari penyiksaan
orang-orang Romawi.
Sumber: http://datahakekat.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar